Bismillahirrahmaanirahiiim
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh...
Alhamdulillah,sebentar lagi Ramadhan datang menjelang.
Kaum muslimin semua senang.
Suasana pun jadi tenang.
Karena memang bulan ini adalah bulan kemenangan.
Berada di bulan mulia,memanfaatkan secara maksimal dan meraih keutamaannya adalah kerinduan orang-orang bertaqwa.
Sejauh apa kerinduan dan kecintaan kita pada ramadhan, adalah ukuran awal sebaik apa kita akan meraih segala bentuk kebaikan di bulan ini.
Semoga Allah SWT menolong kita untuk menjadi hamba-hamba yang lebih bertaqwa.
Kaum muslimin semua senang.
Suasana pun jadi tenang.
Karena memang bulan ini adalah bulan kemenangan.
Berada di bulan mulia,memanfaatkan secara maksimal dan meraih keutamaannya adalah kerinduan orang-orang bertaqwa.
Sejauh apa kerinduan dan kecintaan kita pada ramadhan, adalah ukuran awal sebaik apa kita akan meraih segala bentuk kebaikan di bulan ini.
Semoga Allah SWT menolong kita untuk menjadi hamba-hamba yang lebih bertaqwa.
Puasa Ramadhan wajib hukumnya bagi umat muslim,sebagaimana firman Allah SWT,yg artinya:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
(QS. al - Baqarah [2] : 183)
Bulan Ramadhan ibarat air yang suci bagi orang yang ingin bertaubat, yang akan membersihkan seluruh celah tubuh dari segala noda yang pernah mengotorinya.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
(QS. al - Baqarah [2] : 183)
Bulan Ramadhan ibarat air yang suci bagi orang yang ingin bertaubat, yang akan membersihkan seluruh celah tubuh dari segala noda yang pernah mengotorinya.
Peluklah Ramadhan.
Menangislah di dalamnya.
Termenunglah di dalamnya.
Bergembiralah karenanya.
Muliakanlah kehadirannya.
Karena sesungguhnya setiap detik yang kita rasakan di bulan ini, adalah anugerah yang terindah yang mungkin tak akan terulang untuk kali kedua.
Menangislah di dalamnya.
Termenunglah di dalamnya.
Bergembiralah karenanya.
Muliakanlah kehadirannya.
Karena sesungguhnya setiap detik yang kita rasakan di bulan ini, adalah anugerah yang terindah yang mungkin tak akan terulang untuk kali kedua.
Allahumma ya Allah,
jadikanlah bulan ini,
bulan yang mulia buat kami,
bulan yang mampu mengangkat derajat kami,
bulan yang mampu menyelamatkan jiwa kami,
bulan yang mampu mereda murka-Mu atas kami,
dan bulan yang akan memenangkan kami atas kaum yang dzalim.
Hanya kepada-Mu kami berserah diri dan hanya kepada-Mu kami mohon ampunan.
jadikanlah bulan ini,
bulan yang mulia buat kami,
bulan yang mampu mengangkat derajat kami,
bulan yang mampu menyelamatkan jiwa kami,
bulan yang mampu mereda murka-Mu atas kami,
dan bulan yang akan memenangkan kami atas kaum yang dzalim.
Hanya kepada-Mu kami berserah diri dan hanya kepada-Mu kami mohon ampunan.
Rahasia Puasa dan Syarat- syarat Batinnya
Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan:
Puasa orang awam, puasa orang khusus dan puasa orang super khusus.
Puasa orang awam ialah, menahan perut dan kemaluan dari memperturutkan syahwat.
Puasa orang khusus ialah, menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan semua anggota badan dari berbagai dosa.
Sedangkan puasa orang super khusus ialah puasa hati dari berbagai keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga; juga menahan hati dari selain Allah secara total,dan puasa ini menjadi “batal” karena fikiran tentang selain Allah dan hari akhir.
Puasa orang awam, puasa orang khusus dan puasa orang super khusus.
Puasa orang awam ialah, menahan perut dan kemaluan dari memperturutkan syahwat.
Puasa orang khusus ialah, menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan semua anggota badan dari berbagai dosa.
Sedangkan puasa orang super khusus ialah puasa hati dari berbagai keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga; juga menahan hati dari selain Allah secara total,dan puasa ini menjadi “batal” karena fikiran tentang selain Allah dan hari akhir.
Karena fikiran tentang dunia kecuali dunia yang dimaksudkan untuk agama tersebut sudah termasuk bekal akhirat dan tidak lagi dikatakan sebagai dunia.
Ini merupakan tingkatan para Nabi, Rasul, Shiddigin dan Mugarrabin.
Ini merupakan tingkatan para Nabi, Rasul, Shiddigin dan Mugarrabin.
Allah SWT berfirman;
“Katakanlah: “Allah,” kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.”
(al-An’am : 91)
“Katakanlah: “Allah,” kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.”
(al-An’am : 91)
Adapun puasa orang khusus ialah puasa orang-orang shalih yaitu menahan anggota badan dari berbagai dosa.
Sedangkan kesempurnaannya ialah dengan enam perkara:
Sedangkan kesempurnaannya ialah dengan enam perkara:
Pertama:
Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang dicela dan dibenci, ke setiap hal yang bisa menyibukkan hati dan melalaikan dari mengingat Allah ‘azza wajalla.
Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang dicela dan dibenci, ke setiap hal yang bisa menyibukkan hati dan melalaikan dari mengingat Allah ‘azza wajalla.
Rasulullah SAW bersabda:
“Pandangan adalah salah satu anakpanah beracun di antara anak panah Iblis, semoga Allah melaknatinya.
Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah maka ia telah diberi Allah keimanan yang mendapatkan kelezatannya di dalam hatinya.”
(Diriwayatkan oleh al-Hakim dan ia men-shahih- kan sanad-nya)
“Pandangan adalah salah satu anakpanah beracun di antara anak panah Iblis, semoga Allah melaknatinya.
Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah maka ia telah diberi Allah keimanan yang mendapatkan kelezatannya di dalam hatinya.”
(Diriwayatkan oleh al-Hakim dan ia men-shahih- kan sanad-nya)
Kedua:
Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan,kekejian, perkataan kasar,pertengkaran, dan perdebatan;
mengendalikannya dengan diam;menyibukkannya dengan dzikrullah dan tilawah al-Qur’an.
Itulah puasa lisan.
Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan,kekejian, perkataan kasar,pertengkaran, dan perdebatan;
mengendalikannya dengan diam;menyibukkannya dengan dzikrullah dan tilawah al-Qur’an.
Itulah puasa lisan.
Sufyan berkata:
Ghibah dapat merusak puasa.
Basyar bin al-Harits meriwayatkannya darinya.
Laits meriwayatkan dari Mujahid:
Dua hal dapat merusak puasa:
Ghibah dan dusta.
Ghibah dapat merusak puasa.
Basyar bin al-Harits meriwayatkannya darinya.
Laits meriwayatkan dari Mujahid:
Dua hal dapat merusak puasa:
Ghibah dan dusta.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya puasa itu tidak lain adalah perisai, apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh, dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengatakan sesungguhnya aku berpuasa. sesungguhnya aku berpuasa. ”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya puasa itu tidak lain adalah perisai, apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh, dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengatakan sesungguhnya aku berpuasa. sesungguhnya aku berpuasa. ”
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Ketiga:
Menahan pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci (makruh) karena setiap yang diharamkan perkataannya diharamkan pula mendengarkannya.
Oleh sebab itu Allah menyamakan antara orang yang mendengarkan dan orang yang memakan barang yang haram,
firman-Nya:
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.”
(al-Ma’idah : 42)
Menahan pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci (makruh) karena setiap yang diharamkan perkataannya diharamkan pula mendengarkannya.
Oleh sebab itu Allah menyamakan antara orang yang mendengarkan dan orang yang memakan barang yang haram,
firman-Nya:
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.”
(al-Ma’idah : 42)
Firman-Nya lagi:
“Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?”
(al-Ma’idah: 63)
“Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?”
(al-Ma’idah: 63)
Jadi, mendiamkan ghibah adalah haram.
Firman Allah:
“Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka.”
(an- Nisa’ :140)
Firman Allah:
“Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka.”
(an- Nisa’ :140)
Keempat:
Menahan berbagai anggota badan lainnya dari berbagai dosa, seperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yang dibenci, menahan perut dari berbagai syubhat pada waktu tidak puasa.
Tidak ada artinya berpuasa, yaitu menahan makanan yang halal, kemudian berbuaka puasa dengan barang yang haram.
Menahan berbagai anggota badan lainnya dari berbagai dosa, seperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yang dibenci, menahan perut dari berbagai syubhat pada waktu tidak puasa.
Tidak ada artinya berpuasa, yaitu menahan makanan yang halal, kemudian berbuaka puasa dengan barang yang haram.
Orang yang berpuasa seperti ini laksana orang yang membangun istana tetapi ia menghancurkan negeri, karena makanan yang halal itu hanya berbahaya lantara dikonsumsi terlalu banyak bukan lantaran jenisnya, sementara puasa hanya untuk menguranginya.
Orang yang berhenti mengkonsumsi obat karena takut bahayanya, bila ia beralih meminum racun maka ia adalah orang bodoh.
Barang yang haram adalah racun yang menghancurkan agama, sedangkan barang yang halal adalah obat yang bermanfaat bisa dikonsumsi sedikit tetapi berbahaya bila terlalu banyak.
Tujuan puasa ialah mengurangi makanan yang halal tersebut.
Barang yang haram adalah racun yang menghancurkan agama, sedangkan barang yang halal adalah obat yang bermanfaat bisa dikonsumsi sedikit tetapi berbahaya bila terlalu banyak.
Tujuan puasa ialah mengurangi makanan yang halal tersebut.
Rasulullah SAW bersabda:
“Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.”
(Diriwayatkan oleh Nasa’i dan Ibnu Majah)
“Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.”
(Diriwayatkan oleh Nasa’i dan Ibnu Majah)
Dikatakan: Ia adalah orang yang berbuka puasa dengan makanan yang haram.
Dikatakan juga: Ia adalah orang yang menahan diri dari makanan yang halal tetapi berbuka dengan “memakan daging manusia” yakni dengan ghibah yang notabene haram.
Dikatakan: Ia adalah orang yang tidak menjaga anggota badannya dari berbagai dosa.
Dikatakan juga: Ia adalah orang yang menahan diri dari makanan yang halal tetapi berbuka dengan “memakan daging manusia” yakni dengan ghibah yang notabene haram.
Dikatakan: Ia adalah orang yang tidak menjaga anggota badannya dari berbagai dosa.
Kelima:
Tidak memperbanyak makanan yang halal pada saat berbuka puasa sampai penuh perutnya.
Karena tidak ada wadah yang paling dibenci oleh Allah selain perut yang penuh dengan makanan halal.
Tidak memperbanyak makanan yang halal pada saat berbuka puasa sampai penuh perutnya.
Karena tidak ada wadah yang paling dibenci oleh Allah selain perut yang penuh dengan makanan halal.
Bagaimana puasanya bisa bermanfaat untuk menundukkan musuh Allah dan mengalahkan syahwat jika orang yang berpuasa itu pada saat berbuka melahap berbagai macam makanan untuk mengganti berbagai makanan yang tidak boleh dimakannya di siang hari?
Bahkan telah menjadi tradisi, berbagai makanan disimpan dan dikumpulkan untuk dimakan pada bulan Ramadhan padahal makanan itu cukup untuk dimakan beberapa bulan di luar Ramadhan.
Keenam:
Hendaknya setelah ifthar hatinya “tergantung” dan “terguncang” antara cemas dan harap, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima sehingga termasuk golongan Muqarrabin atau ditolak sehingga termasuk orang-orang yang dimurkai?
Hendaknya setelah ifthar hatinya “tergantung” dan “terguncang” antara cemas dan harap, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima sehingga termasuk golongan Muqarrabin atau ditolak sehingga termasuk orang-orang yang dimurkai?
Hendaklah hatinya dalam keadaan demikian di akhir setiap ibadah yang baru saja dilaksanakan.
Diriwayatkan dari al-Hasan bin Abu Hasan al-Bashri bahwa ia melewati suatu kaum yang tengah tertawa.
Lalu Ia berkata:
Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena perlombaan melakukan ketaatan bagi makhluk-Nya, kemudian ada orang-orang yang berlomba hingga menang dan ada pula orang-orang yang tertinggal lalu kecewa.
Tetapi yang sangat mengherankan ialah pemain yang tertawa-tawa di saat orang- orang berpacu meraih kemenangan.
Diriwayatkan dari al-Hasan bin Abu Hasan al-Bashri bahwa ia melewati suatu kaum yang tengah tertawa.
Lalu Ia berkata:
Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena perlombaan melakukan ketaatan bagi makhluk-Nya, kemudian ada orang-orang yang berlomba hingga menang dan ada pula orang-orang yang tertinggal lalu kecewa.
Tetapi yang sangat mengherankan ialah pemain yang tertawa-tawa di saat orang- orang berpacu meraih kemenangan.
Abu Darda’ berkata:
Duhai indah tidurnya orang-orang cerdas dan tidak puasanya mereka, bagaimana mereka tidak mencela puasa orang-orang bodoh dan begadangnya mereka!
Sungguh satu butir dari kebaikan dari orang yang yakin dan bertaqwa lebih utama dan lebih kuat ketimbang segunung ibadah dari orang-orang yang tertipu.
Duhai indah tidurnya orang-orang cerdas dan tidak puasanya mereka, bagaimana mereka tidak mencela puasa orang-orang bodoh dan begadangnya mereka!
Sungguh satu butir dari kebaikan dari orang yang yakin dan bertaqwa lebih utama dan lebih kuat ketimbang segunung ibadah dari orang-orang yang tertipu.
Oleh sebab itu, sebagian ulama berkata:
Berapa banyak orang yang berpuasa sesungguhnya dia tidak berpuasa dan berapa banyak orang yang tidak berpuasa tetapi sesungguhnya ia berpuasa.
Berapa banyak orang yang berpuasa sesungguhnya dia tidak berpuasa dan berapa banyak orang yang tidak berpuasa tetapi sesungguhnya ia berpuasa.
Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa adalah amanah maka hendaklah salah seorang di antara kamu menjaga amanahnya. ”
(Diriwayatkan oleh al-Khara’ithi dan sanad-nya hasan)
“Puasa adalah amanah maka hendaklah salah seorang di antara kamu menjaga amanahnya. ”
(Diriwayatkan oleh al-Khara’ithi dan sanad-nya hasan)
Persiapan Menyambut puasa Ramadhan
Ramadhan merupakan bulan penuh berkah dan ampunan, bulan yang penuh berkah dari berbagai sisi kebaikan.
Sebab itu, umat Islam hendaklah mengambil keberkahan Ramadhan dari berbagai aktifitas positip dan bisa memajukan Islam dan pemeluk Islam.
Meliputi dari sisi ekonomi, sosial, peradaban, budaya, dan pemberdayaan umat manusia.
Namun demikian semua kegiatan yang positif itu tidak harus mengganggu kekhusyu'an dalam ibadah ramadhan terutama di sepuluh hari terakhir puasa bulan Ramadhan.
Rasulullah SAW. menjadikan bulan puasa ramadhan sebagai bulan yang penuh aktivitas dan amaliah positif. Selain yang telah dijelaskan seperti tersebut di atas, beliau juga aktip melakukan aktifitas sosial kemasyarakatan.
Sebab itu, umat Islam hendaklah mengambil keberkahan Ramadhan dari berbagai aktifitas positip dan bisa memajukan Islam dan pemeluk Islam.
Meliputi dari sisi ekonomi, sosial, peradaban, budaya, dan pemberdayaan umat manusia.
Namun demikian semua kegiatan yang positif itu tidak harus mengganggu kekhusyu'an dalam ibadah ramadhan terutama di sepuluh hari terakhir puasa bulan Ramadhan.
Rasulullah SAW. menjadikan bulan puasa ramadhan sebagai bulan yang penuh aktivitas dan amaliah positif. Selain yang telah dijelaskan seperti tersebut di atas, beliau juga aktip melakukan aktifitas sosial kemasyarakatan.
Persiapan Mental
Persiapan mental untuk menjalankan ibadah puasa dan ibadah terkait lainnya sangatlah penting.
Apalagi pada menjelang 10 hari hari terakhir, karena ajakan keluarga yang menginginkan belanja mempersiapkan hari raya Idul Fitri, pulang kampung, beli pakaian dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusyu'an ibadah puasa Ramadhan.
Kesuksesan ibadah bulan Ramadhan seorang muslim bisa dilihat dari akhirnya.
Jika akhir bulan Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yg berhasil dan sukses dalam menjalankan ibadah Ramadhan.
Persiapan mental untuk menjalankan ibadah puasa dan ibadah terkait lainnya sangatlah penting.
Apalagi pada menjelang 10 hari hari terakhir, karena ajakan keluarga yang menginginkan belanja mempersiapkan hari raya Idul Fitri, pulang kampung, beli pakaian dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusyu'an ibadah puasa Ramadhan.
Kesuksesan ibadah bulan Ramadhan seorang muslim bisa dilihat dari akhirnya.
Jika akhir bulan Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yg berhasil dan sukses dalam menjalankan ibadah Ramadhan.
Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilaksanakan dengan meningkatkan ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Quran,saum sunnah, berdzikir, berdo’a dll.
Persiapan ruhiyah dapat dilaksanakan dengan meningkatkan ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Quran,saum sunnah, berdzikir, berdo’a dll.
Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah SAW. memberi contoh kepada umatnya yaitu dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
‘Aisyah RA. berkata:
” Saya tidak melihat Rasulullah SAW. menyempurnakan puasanya, kecuali pada bulan Ramadhan.
Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban”
(HR Muslim).
‘Aisyah RA. berkata:
” Saya tidak melihat Rasulullah SAW. menyempurnakan puasanya, kecuali pada bulan Ramadhan.
Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban”
(HR Muslim).
Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan.
Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga.
Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup.
Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan.
Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga.
Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup.
Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.
Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit.
Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan.
Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
- Menyikat gigi dengan siwak
(HR. Bukhori dan Abu Daud).
- Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
- Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut.
(HR. Al-Haitsami).
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit.
Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan.
Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
- Menyikat gigi dengan siwak
(HR. Bukhori dan Abu Daud).
- Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
- Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut.
(HR. Al-Haitsami).
Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan.
Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan.
Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusyu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusyu’an ibadah Ramadhan.
Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan.
Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusyu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusyu’an ibadah Ramadhan.
Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat.
Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu.
Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif.
Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa.
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat.
Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu.
Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif.
Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa.
Allah SWT berfirman :
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(QS AR- Ra’du 11).
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(QS AR- Ra’du 11).
Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al- Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan.
Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam.
Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam.
Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka.
Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami.
Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran.
Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka.
Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami.
Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran.
Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.
Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah.
Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung.
Allah SWT. berfirman:
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”
(QS An-Nuur 31).
Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung.
Allah SWT. berfirman:
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”
(QS An-Nuur 31).
Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT.
Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka.
Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT.
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”
(QS Hud 52)
Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka.
Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT.
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”
(QS Hud 52)
Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah
Da’wah Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah.
Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah).
Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan.
Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan- perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan.
Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan.
Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.
Da’wah Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah.
Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah).
Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan.
Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan- perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan.
Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan.
Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi.
Muhasabah terhadap langkah- langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/ kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya.
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi.
Muhasabah terhadap langkah- langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/ kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya.
Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera.Aamiin...
Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.
Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.
Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat...
Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh
No comments:
Post a Comment