9-1 PENDAHULUAN
Osiloskop sinar katoda (cathode
ray Osscilloscope, selanjutnya disebut CRO) adaalah instrumen laboratorium yang sangat bermanfaat
dan terandalkan yang digunakan untuk pengukuran dan anlisa bentuk-bentuk
gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian elektronik. Pada dasarnya
CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar
(ploter) X-Y yang sangat cepat yang Memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau terhadap waktu. Pena
(“stylus”) Plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui
permukan layar dalam memberi tanggapan terhadap tegangan-tegangan masukan.
Dalam pemakaian CRO yang biasa,
sumbu x atau masukan horizontal adalah tegangan tanjak (ramp voltage) linear
yang dibangkitkan secara internal , atau basis waktu (time base) yang secara
periodik menggerakkan bintik cahaya dari
kiri kekanan melalui permukaan layar . tegangan yang akan diperiksa dimasukkan
kesumbu Y atau masukan vertikal CRO,
menggerakkan bintik ke atas dan
kebawah sesuai dengan nilai sesaat
tegangan masukan.selanjutnya bintik tersebut menghasikan jejak berkas gambar
pada layar yang menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila tegangan
masukan berulang dengan laju yang cukup
cepat gambar akan kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan
demikian CRO melengkapi suatu cara pengamatan yang berubah terhadap waktu.
Di samping tegangan, CRO dapat
menyajikan gambar visual dari berbagai fenomena dinamik melalui pemakaian
transducer yang mengubah arus, tekanan, tegangan, tempratur, percepatan, dan
banyak besaran fisis lainnya menjadi tegangan.
CRO di gunakan untuk mnyelidiki
bentuk gelombang , peristiwa transien
dan besaran lainnya yang berubah terhadap waktu dari frekuensi yang sangat
rendah ke frekuensi yang sangat tinggi. Pencatatan kejadian ini dapat di
lakukan oleh kamera khusus yang di tempelkan pada CRO guna penafsiran
kuantitatif.
Prinsip-prinsip pada mana CRO
bekerja di bahas lebiih lanjut dalam bab-bab berikut.
9-2 OPERASI DASAR
CRO
Subsistem dari sebuahCRO untukn
pemakain umum di tunjukan pada di agram balok yang di sederhanakan pda gambar
9-1. Terdiri dari:
a) Tabung Sinar Katoda (Chatoda Ray Tube) atau CRT.
b) Penguat vertikal (vertical amplifier).
c) Saluran tunda ( Delay line).
d) Generator basis waktu (time base generator)
e) Penguat Horizontal (Horizontal Amplifier).
f) Rangkaian pemicu ( Trigger circuit)
g) Sumber Daya ( Power Suplay)
Tabung Sinar khatoda atau CRT merupakan
jantung osiloskop, dengan yang lainnya dari CRO terdiri dari rangkain guna mengoperasikan
CRT. Pada dasarnya , CRT menghasilkan suatu berkas elektron yang di pusatkan
secara tajam dan di percepat ke suatu
kecepatan yang sangat tinggi. Berkas yang di pi pusatkan dan di percepat ini
beergerak dari sumbernya (senapan
elektron, elektron gun) ke depan CRT
di mana dia membentuk bahan fluoresensi yg melekat di permukaan CRT (layar)
bagian dengan energi yang cukup untuk membuat layar bercahaya dalam bintik
kecil.
Selagi merambat dari sumbernya ke layar, berkas
elektron lewat diantara sepasang pelat
defleksi vertikal dan sepasang pelat defleksi horisontal. Tegangan yang di
masukkan ke pelat defleksi vertikal dapat menggerakkan berkas elektron pada
bidang vertikal sehingga bintik CRT bergerak ke atas dan ke bawah. Tegangan
yang di masukkan ke pelat defleksi horisontal dapat mengerakkan berkas pada
bidang horisontal dan bintik CRT ini dari kiri ke kanan. Gerakan-gerakan ini
sling tidak bergantungan satu sama lain sehingga bintik CRT dapat di tempatkan
di setiap tempat pada layar dengan menghubungkan maukan tegangan vertikal da
horisontal yang sesuai secara bersamaan.
Bentuk
gelombang sinyal yang akan di amati pada layar CRT di hubungkan ke masukan
penguat vertikal (vertical amplifier).
Penguatan ini di setel melalui pelemah
masukan (input attenuator) yang telah terkalibrasi, yang biasanya di beri
tanda VOLTS/DIV. Keluaran dorong-tarik (push-pull) dari penguat dikembalikan ke
pelat defleksi vertikal melalui yang disebut saluran tunda (delay line) dengan
daya yang cukup untuk mengendalikan bintik CRT dalam arah vertikal.
Generator basis waktu atau generator
penyapu (sweep generator) membangkitkan
sebuah gelombang gigi gergaji yang digunakan sebagai tegangan defleksi
horisontal dalam CRT. Bagian gelombang gigi gergaji yang menuju positif adalah
linear,dan laju kenaikannya disetel oleh suatu alat kontrol di panel dengan
yang di beri tanda TIME/DIV. Tegangan gigi gergaji dikembalikan kepenguat
horisontal. Penguat ini berisi sebuah pembalik fasa (phase inverter) dan menghasilkan
dua gelombang keluaran simultan yaitu gigi gergaji yang menuju positif (menaik)
dan gigi gergaji yang menuju negatif (menurun). Gigi gergaji yang menuju
positif dimasukan kepelat defleksi horisontal CRT sebelah kanan dan gigi
gergaji yang menuju negatif ke pelat defleksi sebelah kiri. Tegangan-tegangan
ini menyebabka berkas elektron melejang (menyapu) sepanjang layar CRT dari kiri
ke kanan dalam satuan waktu yang dikontrol oleh TIME/DIV.
Pemasukan
tegangan defleksi ke kedua pasangan pelat secara bersamaan menyebabkan bintik
CRT meninggalkan bekas bayangan pada layar. Ini ditunjukan pada gambar 9-2,
dimana sebuah tegangan gigi gergaji atau tegangan
penyapu (sweep) di masukan kepelat horisontal dan sinyal gelombang sinus ke
pelat vetikal.
Karena tegangan penyapu horisontal bertambah
secara linear terhadap waktu, bintik CRT bergerak sepanjang layar pada suatu
kecepatan yang konstan kekiri kekanan. Pada akhir penyapuan, bila tegangan gigi
gergaji secara tiba tiba turun dari harga maksimalnya ke nol, bintik CRT
kembali dengan cepat ke posisi awalnya ke bagian kiri layar dan tetap berada
disana sampai penyapuan baru dimulai. Bila sebuah sinyal masukan dimasukkan
secara bersamaan dengan tegangan penyapuan horizontal ke pelat refleksi vertikal,
berkas elektron akan dipengaruhi oleh dua gaya, yaitu satuu dalam bidang
hoorizontal menggerakan bintik CRT sepanjang layar pada suatu laju yang linear,
dan satu dalam bidang vertikal yang menggerakan bintik CRT keatas dan kebawah
sesuai dengan besar dan polaritas sinyal masukan. Dengan demikian, gerak
resultante dari berkas elektron menghasilkan peragan sinyal masukan vertikal
pada CRT sebagai fungsi waktu.
Jika sinyal masukan
mempunyai sifat yang berulang, peragaan CRT yang stabil dapat dipertahankan
dengan cara memulai setiap penyapuan horisontal dititik yang sama pada
gelombang sinyal. Untuk mencapai ini, contoh gelombang masukan dikembalikan
kerangkaian pemicu (trigger) yang
akan menghasilkan sebuah pulsa pemicu disuatu titik yangbdipilih pada gelombang
masukan. Pulsa pemicu ini digunakan untuk menghidupkan generator basis waktu,
yang pada gilirannya memulai penyapuan bintik CRT secara horisontal dari kiri
kekanan layar.
Dalam hal yang lazim,
transisi gelombang masukan yang terjadi mula-mula (leading edge) digunakan
untuk mengaktifkan generator pemicu agar menghasilkan pulsa pemicu dan memulai
penyapuan. Kejadian ini berlangsung sampai suatu selang waktu tertentu
(0,15 µS),sehingga penyapuan tidak dimulai sampai setelah leading edge sinyal
masukan dilewatkan. Ini selanjutnya mencegah peragaan leading edge gelombang
pada layar. Maksud dari saluran tunda adalah
memperlambat kedatangan gelombang masukan pada pelat defleksi vertikal sampai
rangkaian pemicu dan rangkaian basis waktu telah mempunyai kesempatan untuk
memulai penyapuan berkas. Saluran tunda ini menghasilkan keterlambatan total
sebesar sekitar 0.25 µs di dalam saluran
defleksi vertikal. Sehingga “ leading-edge” gelombang dapat dipilih walaupun
dia digunakan untuk memincu panyapuan.
Sumber
daya terdiri dari bagian tegangan tinggi untuk
mengopreasikan CRT, dan tegangan rendah untuk mencatu (mensuplai) rangakian
elektronik osiloskop. Sumber-sumber daya ini adalah dari buatan yang biasa dan
tidak memerlukan uraian selanjutnya.
9-3 TABUNG SINAR KATODA (CRT)
9-3-1 Operasi CRT
strruktur bagian dalam sebuah tabung sinar katoda (Chatodee Rey Tube) atau CRT ditunjukan pada gambar 9-3. Komponen utama dari CRT untuk pemakain umum ini adalah:
strruktur bagian dalam sebuah tabung sinar katoda (Chatodee Rey Tube) atau CRT ditunjukan pada gambar 9-3. Komponen utama dari CRT untuk pemakain umum ini adalah:
a)
Perlengkapan senapan elektron.
b)
Perlengkapan pelat defleksi.
c)
Layar fluoresensi.
d)
Tabung gelas dan dasar tabung.
Ringkasnya, peralatan
senapan elektron menghasilkan suatu berkas elektron sempit dan terfokus
secara tajam yang meninggalkan senpan pada kecepatan yang sangat tinggi dan
bergerak menuju layar fluoresensi.
Pada waktu membentur layar, energi kinetik dari elektron-elektron berkecepatan
tinggi diubah mnejadi pancaran cahaya, dan berkas menghasilkan suatu bintik cahaya kecil pada layar CRT. Dalam
perjalananya menujun layar, berkas elktron tersebut lewaat di anatara dua
pasang pelat defleksi elektrostatik, di
tunjukan pada Gambar 9-3 sbagai susunan pelat deflkesi. Jika tegangan di
masukan kepelat-pelat defleksi, berkas elektron dapat dibelokkan dalam arah
vertikal dan horisontal, sehinggah bintik cahaya menimbulkan jejak gambar pada
layar ssesuai dengan masukan-masukan tegangan ini.
Sebuah senapan elektron konvensional yang di gunakan dalam
sebuah CRT pemakain umum, di tunjukan pad gambar 9-4. Sebutan “senapan
elektron” berasal dari kesamaan antara gerakan sebuah elektron yang dikeluarkan
dari struktur senapan CRT dan lintasan sebuah peluru yang di tembakkan dari
sebuah senapan. Kenyataannya, study mengenai gerakan partikel-partikel
bermuatan (elektron) dalam sebuah medan listrik disebut balistik elektron (ellectron ballistics).
Dalam skema CRT pada gambar 9-3, elelktron-elektron
dipancarkan dari sebuah katoda
termionik yang dipanaskan secara tidak langsung. Katoda ini secara keseluruhan
dikelilingi oleh sebuah kisi
pengatur(control grid) yang terdiri dari sebuah silinder nikel dengan
lobang kecil ditengahnya, satu sumbuh (koaksial) dengan sumbuh tabung
(silinder). Elektron-elektron yang mengatur agar lewata melalui lobang kecil
didalam kisi tersebut secara bersama-sama membentuk yang di sebut arus berkas (beam current). Besarnya
arus berkas ini dapat di atur melalui alat kontroldi panel depan yang di beri
tanda INTENSITY, yang mengubah tegangan negatif (bias) kisi pengatur di acu
terhadap katoda. Kenaikan tegangan negatif kisi pengatur menurunkan arus
berkas, dan berarti menurunkan intensitas (terangnya ) bayangan CRT; dengan
penurunan tegangan negatif kisi memperbesar arus berkas. Kejadian ini identik
dengan kisi pengatur di dalam sebuah tabung hampa trioda yang biasa.
Elektron-elektro yang di pancarkan katoda dan lewat melalui
lobang kecil di dalam kisi pengatur, di pwrcepat oleh potensial positif tinggi
yang dihubungkan kekedua anoda pemercepat
(accelerating anodes). Kedua anoda ini di pisahkan oleh sebuah anoda
pemusat(focusing anode) yang melengkapi suatu metode guna memusatkan
elektron kedalam berkas terbatas yang sempit dan tajam. Kedua anoda pemercepat
dan anoda pemusat ini juga berbentuk silinder dengan lubang-lubang kecil di
tengah-tengah masing-masing silinder, satu sumbuh dengan sumbu CRT. Lubang
–lubang di dalam elektroda-elektroda ini membolehkan berkas elektron yang di
percepat dan terpusat merambat lewat pelat-pelat defleksi vertikal dan
horisontal menuju layar fluoresensi.
9-3-2 Pemusatan elektrostatik
Pemusatan
elektrostatik (electrostatic focusing)
di gunakan dalam sebuah CRO. Untuk memahami bekerjanya metode pemusatan
elektrostatik, sangat bermanfaat untuk pertama-tama memperhatikan kelakuan dai
masing-masing partikel di dalam sebuah medan listrik. Perhatikan diagram gambar
9-5 yang menunjukkan sebuah elektron hipoteisi dalam keadaan diam di dalam
sebuah medan magnet. Defenisi intensitas medan listrik menyatakan bahwa gaya
pada satuan-satuan muatan positif pada setiap titik di dalam sebuah medan
listrik adalah intensitas medan listrik pada titik tersebut. Dengan demikian,
menurut defenisi
Є =
(V/m) (9-1)
Di mana Є= intensitas medan listrik, dlam v/m.
f=
gaya dalam muatan, dalam N
q=
muatan, dalam C.
Sebuah lektron adalah sebuah partikel bermuatan negatif dan muatannya adalah
e
= 1,602 x
C (9-2)
dari persamaan (9-1), gaya pada elektron di dalam sebuah medan
lisrik menjadi
f1
= -e Є N (9-3)
di
mana tanda minus menunjukkan bahwa gaya tersebut bekerja dalam arah yang berlawanan dengan arah medan magnet.
Ini hanya berlaku bila medan
listrik di dalam man partikel bermuatan berada adalah dari intensitas yang seragam (uniform). Bahwa ini tidak
selalu demikian dapat dilihat dari gambar 9-6, di mana di tunjukan medan
listrik antara dua pelat paralel dengan dua dimensi terbatas. Dalam gambar 9-6,
intensitas medan di arahkan dari pelat positif kenegatif. Tolakan garis-garis
gaya medan listrik ke arah samping lateral) yang menyebabkan penyebaran ruangan di antara garis-garis gaya, menghailkan
perlengkungan medan pada ujung-ujung kedua pelat. Dengan demikian, kerapatan
garis-garis gaya medan akan lebih kecil pada ujung-ujung pelat dari pada di
bagian tengah antara kedua pelat. Bila titik-titik dengan potensial yang sama
pada masing-masing garis-garis medan saling dihubungkan, di peroleh permukaan dengan potensial yang sama
(equippotensial surfaces) yang di
tunjukan sebagai garis-garis tebal pada gambar 9-6. Karena gaya pada sebuah
elektron bekerja pada arah yang berlawanan dengan arah medan juga dinyatakan
bahwa arah gaya pada sebuah elektron adalah tegak
lurus pada permukaan-permukaan yang
potensialnya sama.
Bila dua silinder di
tempatkanujung ke ujung dan kepada meeka di masukan beda potensial, medan
listrik yang di hasilkan antara kedua silinder tersebut tidak mempunyai
kerapatan yang seragam. Gaya tolak lateral akan menyebabkan penyebaran
garis-garis gaya dan menghasilkan sebuah medan seperti di tunjukan pada gambar
9-7. Permukaan-permukaan dengan potensial yang sama di tunjukkan sebagai garis
tebal. Karena kerapatan medan listrik yang berubah di dalam daerah antara
silinder-silinder, permukaan-permukaan dengan potensial yang sama adalah lengkung.
Perhatikan sekarang daerah pada
kedua sisi sebuah permukaan berpotensial sama S seperti di tunjukan pada gambar
9-8. Potensial di sebelah kiri permukaan S dan V dan disebelah kanan adalah
. Sebuah elektron yang bergerak dalam arah AB
dan membentuk suatu sudut terhadap garis yang tegak lurus pada permukaan
berpotensial sama dan memasuki daerah sebelah kiri S dengan kecepatan
, mengalami gaya pada permukaan S. Gaya ini
bekerja dalam arah yang tegak lurus pada permukaan brpotensial sama. Karena
gaya ini, kecepatan elektron ini naik ke suatu nilai baru
. Setelah melewati S. Komponen singgung
(tangensial)
dari kecepatan terhadap kedua sisi S tetap
sama. Hanya komponen tegak lurus dari kecepatan
yang di
perbesar oleh gaya pada permukaan berotensial sama kesuatu nilai baru vn.
Selanjutnya dari gambar 9-8 di penuhi bahwa
(9-4)
Dimana
θ1 sudut datang dan, θ2 adalah sudut bias (refreksi) sinar elektron. Dengan
menyusun kembali persamaan (9-4) di peroleh
=
(9-5)
Persmaan (9-5)
identik dengan bentuk aljabar yang berhubungan dengan pembiasan berkas cahaya
dalam optik geometris . dengan demikian pembiasan atau pembelokan sebuah
elektron pada sebuah permukaan berpotensial sama mengikuti hukum yang sama
seperti pembelokan sebuah berkas cahaya
pada permukaan pembias, seperti halnya lensa optik. Untuk alasan ini, sistem
pemusatan elektrostatik di dalam CRT kadang-kadang disebut lensa elektron.
Perhatikan sekarang
ketiga elemen sistem pemusatan elektro statik yang ditunjukan dalam diagram
fungsional pada gambar 9-9. Elektroda pertama dari lensa elktron ini adalah
anoda yang sebulumnya telah dipercepat, sebuah silinder logam yang berisi
beberapa pelat pengatur (buffle) untuk mengumpulkan berkas elekton yang masuk
melalui lobang kecil disebelah kiri. Elektroda kedua adalah anoda pemusat, dan
elektroda ketiga adalah anoda pemercepat. Ketig elektoda berbentuk silindris
dan satu sumbu dengah sumbu CRT.
Dengan
mensubtitusikan persamaan (9-17) kedalam tan 𝜃 diperolah
D= L
(m) (9-20)
Energi potensial
elektron yangmemasuki daerah di antara
kedua pelat defleksi dengan kecepatan awal
adalah
=
e
(9-21)
Dimana
adalah tegangan pemercepat di dalam senapan
elektron. Dengan menyusun kembali persamaan (9-21) di
peroleh,
=
(9-22)
Dengan menstubtisusikan
persamaan (9-15) untuk intensitas medan
, dan persamaan (9-22) untuk kecepatan elektron
dalam arah X ke dalam persamaan (9-20),
diperoleh
D = L
(m)
(9-23)
Dimana D = defleksi pada layar fluoresensi (meter)
L = jarak dari pusat pelat – pelat defleksi ke
layar (meter)
Panjang efektif pelat – pelat defleksi (meter)
=
Tegangan defleksi (volt)
=
Tegangan pemercepat (volt)
Persamaan
(9-23) menunjukkan bahwa untuk tegangan pemercepat Ea yang
diberikan dan untuk dimensi CRT tertentu, defleksi berkas elektron pada layar
berbanding langsung dengan tegangan defleksi Ed. Kesebandingan
langsung ini menunjukkan bahwa CRT dapat digunakan sebagai alat penunjuk tegangan linear (a liner voltage- indicating device)
. pembahasan ini menganggap bahwa Ed adalah sebuah tegangan searah
(DC) yang nilainya tetap. Akan tetapi, tegangan defleksi lazimnya merupakan
sebuah besaran yang berubah dan bayangan pada layar mengikuti perubahan
tegangan defleksi tersebut dalam cara yang linear sesuai dengan persamaan
(9-23). Sensivitas defleksi S dari sebuah CRT didefinisikan sebagai
defleksi pada layar (dalam meter) per volt tegangan defleksi. Dengan demikian,
menurut definisi :
S =
(m / V)
(9-24)
Dimana
S = sensivitas defleksi (m / V)
Faktor defleksi (deflection
factor) G dari sebuah CRT menurut definisi
adalah kebalikan dari sensivitas S dan dinyatakan sebagai
G
=
(V/m)
(9-25)
Dengan
semua terminologi didefinisikan seperti pada persamaan (9-23) dan (9-24).
Pernyataan untuk sensivitas defleksi S dan faktor defleksi G menunjukkan bahwa
sensivitas sebuah CRT tidak bergantung pada tegangan defleksi tetapi berubah
secara linear terhadap potensial pemercepat. Berarti, tegangan-tegangan
pemercepat yang tinggi menghasilkan suatu berkas elektron yang memerlukan
potensial defleksi yang tinggi untuk suatu penyimpangan tertentu pada layar.
Suatu berkas yang dipercepat tinggi memiliki energi kinetik yang lebih besar
dan dengan demikian menghasilkan bayangan yang lebih terang pada layar CRT,
tetapi berkas ini juga lebih sukar disimpangkan dan kadang-kadang disebut
berkas yang sukar (hard beam) . nilai
khas faktor defleksi ini adalah rangkuman 10 volt/em sampai 100 volt/em, yang
berturut-turut sesuai dengan sensivitas sebesar 1,0 mm/v sampai 0,1 mm/v.
9-3-4
Layar untuk CRT
Bila berkas elektron membentur
layar CRT, dihasilkan sebuah bintik cahaya. Bahan layar di bagian dalam CRT
yang menghasilkan efek ini adalah fosfor.
Fosfor menyerap energi kinetik elektron-elektron memborbardir dan memancarkan
kembali energi tersebut pada frekuensi yang lebih rendah pada spektrum yang
dapat dilihat. Sifat dari beberapa bahan yang berkristal seperti fosfor atau
oksida seng (zinc oxide) yang memancarkan cahaya bila dirangsang oleh radiasi
disebut fluoresensi. Bahan-bahan
fluoresensi memiliki karakteristik kedua yang disebut fosforisensi (phosphorescence) yang berkenan dengan sifat bahan
yang terus memancarkan cahaya walaupun sumber eksitasi telah diputuskan (dalam
hal ini berkas elektron). Lama waktu terjadinya fosforisensi atau cahaya yang
tinggal setelah bahan yang bersinar hilang disebut ketahanan (persistensi) fosfor. Ketahanan biasanya diukur
berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh bayangan CRT agar berkurang ke suatu
persentase tertentu (biasanya 10 persen) dari keluaran cahaya semula.
Intensitas cahaya yang
dipancarkan dari layar CRT disebut luminansi
(luminance). Dan bergantung pada beberapa faktor. Yang pertama adalah,
intensitas cahaya dikontrol oleh jumlah elektron pemborbardir yang membentur
layar setiap second. Jika yang disebut arus
berkas (beam current) ini diperbesar atau arus berkas dengan jumlah yang
sama dipusatkan di dalam sebuah daerah yang lebih kecil dengan mengurangi
ukuran bintik, maka luminansi akan bertambah. Yang kedua adalah, luminansi
bergantung pada energi dengan mana elektron-elektron pembombardir membentur
layar, dan ini pada gilirannya ditentukan oleh potensial pemercepat. Suatu
kenaikan pada potensial pemercepat akan menghasilkan pertambahan luminansi.
Ketiga, luminansi merupakan fungsi dari waktu berkas untuk membentur suatu
permukaan fosfor tertentu, berarti kecepatan penyauan akan mempengaruhi
luminansi. Dan akhirnya, luminansi merupakan fungsi karakteristik fisik dari
fosfor itu sendiri. Hampir semua pabrik melengkapi pembeli dengan pilihan bahan
fosfor. Tabel 9.1 menyajikan karakteristik beberapa fosfor yang lazim digunakan.
Seperti ditunjukkan pada tabel
9.1, sejumlah faktor harus dipertimbangkan dalam memilih suatu fosfor untuk
pemakaian tertentu. Sebagai contoh, fosfor P11 yang memiliki
ketahanan yang singlkat, sangat baik untuk pemotretan bentuk gelombang tetapi
samasekali tidak sesuai untuk pengamatan visual fenomena kecepatan rendah. P31
dengan luminansi yang tinggi dan ketahanan sedang, merupakan kompromi paling
baik untuk penglihatan gambar secara umum dan dengan demikian ditemukan dalam
kebanyakan CRO standar tipe laboratorium.
Tabel
9.1 kart data fosfor
Jenis
fosfor
|
Fluoresensi
|
Fosforisensi
|
Luminansi relative
|
Penurunan ke 0,1 %
(ms)
|
Komentar
|
P1
|
Kuning-hijau
|
Kuning-hijau
|
50%
|
95
|
Pemakaian umum :
dalam kebanyakan pemakaian diganti oleh P31
|
P2
|
Biru-hijau
|
Kuning-hijau
|
55%
|
120
|
Kompromi yang baik
untuk pemakaian kecepatan tinggi dan kecepatan rendah
|
P4
|
Putih
|
Putih
|
50%
|
20
|
Peragaan televisi
|
P7
|
Biru
|
Kuning-hijau
|
35%
|
1500
|
Penurunan yang lama:
pengamatan fenomena kecepatan rendah
|
P11
|
Ungu- biru
|
Ungu-biru
|
15%
|
20
|
Pemakaian fotografi
|
P31
|
Kuning-hijau
|
Kuning-hjau
|
100%
|
32
|
Pemakaian umm:
fosforpaling terang.
|
Adalah mungkin untuk membebankan
kerusakan berat pada layar CRT karena penanganan yang tidak tepat terhadap
alat-alat kontrol di panel depan. Bila sebuah fosfor dieksitasi oleh berkas
elektron pada rapat arus yang berlebihan, kerusakan seterusnya karena panas
dapat terjadi pada fosfor tersebut, dan keluaran cahaya akan berkurang. Dua
fator yang mengontrol terjadinya panas adalah kerapatan berkas dan lamanya
eksitasi. Kerapatan berkas dikontrol oleh INTENSITY, FOCUS dan ASTIGMATISM pada
panel dengan CRO. Waktu yang diperlukan oleh berkas untuk mengeksitasi suatu
permukaan fosfor tertentu dapat diatur dengan penyapu atau alat kontrol
TIME/DIV. Panas, dan mungkin kerusakan total pada fosfor, dicegah dengan
mempertahankan berkas pada intensitas yang rendah dan pada waktu pencahayaan
yang singkat.
Elektron pembombardir yang
membentur fosfor mengeluarkan elektron emisi sekunder, jadi mempertahankan
layar dalam keadaan setimbang elektris. Elektron emisi sekunder berkecepatan
rendah ini dikumpulkan oleh sebuah lapisan konduktif dipermukaan dalam tabung
gelas yang dikenal sebagai aquadog,yang
secara elektris dihubungkan ke anoda kedua. Dalam beberapa tabung, khususnya
CRT yang dilenkapi dengan pemusatan magnetik (seperti tabung gambar TV), anoda
pemercepat ditiadakan seluruhnya dan menggunakan lapisan konduktif sebagai
anoda pemercepat akhir.
9-3-5
Graticules
Peragaan bentuk gelombang pada
permukaan CRT secara visual dapat diukur pada sepasang tanda skala horizontal
dan vertical yang disebut graticule, seperti
ditunjukkan pada gambar 9-14.
Tanda-tanda skala ini dapat ditempatkan
dipermukaan luar tabung CRT, yang dalam hal ini disebut eksternal graticule
atau di bagian dalam permukaan CRT, yang disebut internal graticule. Graticule
yang dipasang dipermukaan luar terdiri dari sebuah plat plastik bening atau
berwarna yang dilengkapi dengan tanda pembagian skala. Dia dipasang di
permukaan luar layar CRT. Graticule luar mempunyai keuntungan, mudah duganti
dengan sesuatu yang memiliki pola gambar khusus, seperti tanda-tanda derajat
untuk analisis vektor tv berwarna. Juga, posisi graticule luar dapat dengan
mudah diatur agar sejajar dengan CRT. Kelebihan utama graticule luar adalah
paralaksis, sebab tanda skala tidak sebidang dengan bayangan gelombang yang
dihasilkan pada fosfor. Sebagai akibatnya penjajaran gerak dan graticule akan
berubah terhadap posisi pengamatan.
Sebuah graticule yang dipasang
dipermukaan dalam CRT disebut internal graticule. Dengan adanya graticule ini
tidak terjadi paralaksis, sebab bayangan CRT dan graticule berada pada bidang
yang sama. Namun CRT dengan internal graticule lebih mahal dalam pembuatannya
dan tidak dapat diganti pada mengganti CRT. Disamping itu, CRT dengan graticule
di permukaan dalam harus mempunyai suatu cara untuk menjajarkan jejak, dan ini
menambah harga keseluruhan CRO.
9-3-6 Sambungan CRT
Sambungan elektris ke berbagai
elemen di bagian dalam tabung gelas CRT di lakukan melalui dasar tabung. Gambar
9-15 menunjukan sambungan khas CRT pada osiloscop pemakaian umum.
Berbagai tegangan suplay bagi
peralatan senapan elektron di bangkitkan oleh dua sumber daya yang dihubungkan
secara seri, yaitu sumber tegangan tinggi untuk tegangan percepat, dan sumber
tegangan rendah untuk rangkaian tambahan. Sebuah jaringan pembagi tegangan
dihubungkan ke kedua sumber daya guna melengkapi tegangan kerja yang dibutuhkan
oleh sistem.
Intensitas berkas elektron di
atur dengan mengubah tegangan antara katoda grid dari trioda. Dalam gambar 9-15
pengaturan ini di lakukan oleh potensiometer 500 kΩ, yang terdapat sebagai alat kontrol pada panel depan dengan tanda
INTENSITY. Potensiometer 2 MΩ di dalam
jaringan pembagi teganagn juga merupakan alat kontrol pada panel depan yang di
tandai dengan FOCUS. Dia mengatur
tegangan negatif pada cincin fokus dari seksi lensa antara -500 V dan -900 V,
efek lensa menjadi lebih kuat (panjang fokus lebih pendek) bila tegangan pada
cincin fokus lebih negatif tehadap kedua anoda luar. Alat kontrol ASTIGMATISM
pada panel dengan CRT menyetel tegangan pada anoda pemercepat di acu terhadap
pelat-pelat defleksi vertikal yang mengikuti seksi lensa. Ini membentuk sebuah
lensa silindris yang mengoleksi setiap penyebaran bintik (defocusing) yang
mungkin terjadi, dan pengaturan dilakukan agar mendapatkan bintik yang paling
bulat pada layar CRT.
Berkas
dapat ditempatkan dimana saja pada layar dengan menggunakan dua kontrol panel
depan terpisah yang ditandai dengan VERTICAL POSITION dan HORIZONTAL POSITION.
Dengan mengatur VERT POS pada posisi tengahnya, plat-plat defleksi vertical
dihubungkan ke tegangan DC yang identik, sehingga tidak ada medan listrik
antara keduanya. Berarti, berkas elektron tidak disimpangkan dan hanya merambat
menuju pusat CRT. Sedikit pengaturan pada alat kontrol VERT POST mengakibatkan
ketidaksetimbangan pada tegangan DC yang dimasukkan ke plat vertikal, sehingga
beda potensial yang dihasilkan membentuk medan listrik antara keduanya. Medan
ini mempengaruhi defleksi berkas sewaktu lewat diantara pelat dan membawa bintik CRT ke suatu posisi
baru pada layar. Dengan cara yang serupa, alat kontrol HOR POS dapat
menggerakkan bintik CRT dalam setiap arah horizontal pada layar. Selanjutnya
pengaturan kedua pengontrol posisi ini secara bersamaan dapat membawa bintik ke
setiap lokasi yang diinginkan pada layar.
9-4 SISTEM DEFLEKSI
VERTIKAL
9-4.1 Elemen-elemen
dasar
Sistem
defleksi vertikal harus memenuhi persyaratan prestasi yang cukup ketat yang
dapat disimpulkan dengan menyatakan bahwa sistem tersebut secara meyakinkan
menghasilkan kembali bentuk gelombang masukkan dalam batas-batas lebar bidang
(bandwidth), kenaikan waktu (risetime) dan amplitudo yang telah ditetapkan.
Sistem defleksi vertikal juga melengkapi sebuah penyangga (isolation) antara
sumber sinyal dan pelat defleksi vertikal. Dalam beberapa hal, sistem vertikal
melengkapi berbagai modus operasi seperti kopling DC atau AC, operasi jejak
banyak (multiple trace), modus peragaan banyak (multiple display modes),
kemampuan menerima masukan selisih dan lain-lain. Ciri-ciri khusus ini umumnya
trsedia pada CRO tipe laboratorium yang lebih rumit menggunakan yang disebut
unit-unit kontak tusuk (plug in).
Sistem
defleksi vertikal biasanya terdiri dari elemen-elemen yang ditunjukkan pada
diagram balok gambar 9-16, yaitu :
a)
Jarum penduga CRO (probe)
b)
Pemilih masukan (input selector)
c)
Pelemah masukan (input attenuator)
d)
Penguat vertikal.
Jarum penduga CRO (CRO probe) melakukan fungsi penting yaitu menghubungkan penguat vertikal ke
rangkaian yang diukur tanpa membenani atau jika tidak mengganggu rangkaian.
Jenis jarum penduga yang berbeda tersedia untuk berbagai pemakaian dalam
pengukuran. Hal ini dibahas lebih terperinci pada bab 9-7. Jarum penduga untuk
pemakaian umum pada gambar 9.16 disebut jarum penduga pasif (passive probe).
Dia terdiri dari sebuah tahanan seri (pelemahan sinyal) dan sebuah kapasitor
shunt variabel (kompensasi jarum penduga), keduanya berada di dalam tubuh jarum
penduga, di tambah dengan ujung jarum penduga (probe tip) dan sebuah penghubung
ke tanah (ground connector). Tubuh jarum penduga dihubungkan ke terminal
masukan vertikal melalui sebuah kakel yang dilengkapi dengan konektor BNC
(banana connector); atau pada CRO frekuensi rendah yang murah digunakan kontak
tusuk tipe pisang (banana) atau konektor sederhana lainnya.
9-4.2 pemilih
masukan (input selector)
Pemiih masukan (inpit
selector) pada
gambar 9-16 ditunjukan sebagi sebuah saklar tiga posisi yaitu arus bolak-balik tanah – arus searah
(ac-gnd-dc). Penempatan pemilih masukan keposisi ac secara kapasitif akan
menggandengkan tegangan sinya kepelemah ( attenuator ).Kasitor menahan (memblokir) komponen Dc dari gelombang
masukan dan hanya mengijinkan kemponen ac memasuki penguat.Ini merupakan ciri yang
sangat bermanfaat yang memungkinkan pengukuran tegangan sinyal ac yang
bergabung dengan tegangan catu dc atau sumber tegangan .Penempatan pemilih
masukan pada posisi dc menghubungkan tegangan sinyal secara langsung kepelemah
sehingga kedua komponen ac dan dc tersambung ke penguat. Modus pengukuran ini
terutama sangat bermanfaat guna menentukan nilai tegangan sesaat total
sambungan tanah pada pemilih masukan
yang terdapat pada beberapa CRO sebagai posisi pertengahan antara ac dan dc,
merupakan ciri pengamanan yang memindahkan setiap muatan yang tersimpan didalam
pelemah masukan dengan cara mentanahkan masukan pelemah secara seketika sewaktu
dc di ubah ke modus ac.
9-4.3 Pelemah
masukan ( input attenuator)
Pelemah masukan (input
attenuator) terdiri dari sejumlah pembagi tegangan RC , yang dikontrol
melalui panel depan CRO oleh pemilih VOLTS/DIV. Pemilih ini dikalibrasi dalm
faktor defleksi ( V/DIV) yang biasanya dalam urutan 1-2-5. Rangkuman khas
penyetelan pelemah adalah 0,1 ; 0,2 ; 0,5
; 1;2 ; 5;10 ; 20 ; dan 50 volt/divisi, dengan pelemahan maximal pada kedudukan
50 V/DIV.
Untuk menjamin operasi CRO yang
linier pada rangkuman frekuensi yang tertentu (lebar bidang khas adalah dc
sampai 25 MHz), pelemahan sinyal masukan harus tidak bergantung pada frekuensi,
dan ini memerlukan yang disebut pelemah
yang terkompensir (compensatet attenuator). Gambar 9-17 menunjukkan pelemah
ini bersama tingkat masukan dari penguat vertikal yang impedansi masukannya
dinyatakan oleh tahanan
paralel terhadap kapasitor
.
Dengan menempatkan saklar pelemah di
posisi atas, sinyal masukan
tersambung langsung ke masukan penguat
vertikal tanpa pelemahan. Dalam contoh, ini akan sesuai dengan penyetelan 0,1 V atau dengan sensivitas sistem defleksi vertikal
yang maksimal.
Dengan membuat
saklar pada posisi bawah seperti di tunjukan pada gambar 9-17, jaringan pelemah
Ra - Ca tersambung kerangkaian sehinggah terjadi
pembagian tegangan. Dia mengikuti tegangan keluaran V0 yang
sebanding dengan perbandingan impedansi antara masukanpenguat dan impedansi
rangkaian total. Dalam pelemah yang terkompensir, perbandinga impedansi
ini di pertahankan konstan tidak
berantung pada frekuensi tegangan sinyal dengan mengatur Ca sedemikian,
sehinggah konstanta waktu RaCa sama dengan konstanta waktu RtCt
. Bahwa ini adalah demikian, di tunjukkan pada gambar 9-18, di mana Ra,
Ca, Rt, Ct di sajikan dalam konfigurasi
jembatan yang telah dikenal.
V0
=
Jembatan adalah setimbang bila RaXcl =
RlXca atau bila RaCa = RlCl.
Pada keadaan setimbang, tidak ada arus cabang penghubung xy, sehingga sambunga
xy dapat dihilangkan dai rangkaian. Jadi, tegangan keluaran pada kesetimbangan
jembatan ditentukan oleh pembagi tegangan resistif yang besarnya sama dengan.
V0 =
Sebuah cara praktis untuk menyetimbangkan jembatan
dan mengkompensir pelemah adalah memasukkan sinyal uji berbentuk gelombang
persegi (pengalibrasi) ke masukan pelemah dan mengatur Ca sehingga
tegangan keluaran di amati pada layar CRT adalah tiruan persis dari sinyal
masukan. Efek kompensasi pelemah di tunjukan pada gambar 9-19. Dengan menghubngkan sebuah sinyal
pengalibrasi ke masukan dan mengatur Ca secara tepat , tegangan keluaran adalah
gelombang persegi seperti ditunjukan pada gambar 9-19a. Kompensasi-lebih
(over-compensation) jadi bila Ca terlalu besar,dan ini ditunjukkan sebagai
lonjakan (overshoot) pada gelombang pulsa; sedang gelombang sinus frekuensi
tinggi kelihatan lebih besar dari gelombang semula, seperti ditunjukkan pada
gambar 9-19(b). Kompensasi kurang (under
compensation) terjadi bila Ca terlalu kecil sehingga mengakibatkan
lengkungan pada pojok bentuk gelombang pengalibrasi, sedangkan sinyal frekuensi
tinggi mengalamui pelemahan yang berlebihan seperti ditunjukkan pada gambar
9-19(c).
Efek pelemah terkompensir yang tidak tepat
(overshoot/lengkungan) dapat dijelaskan melalui bantuan gambar 9-20. Pada
gambar 9-20(a), tegangan tangga (step voltage) dimasukkan ke pelemah sehingga
masukan berubah secara mendadak dari 0 V ke +E V pada waktu t=0. Suatu arus
yang besarnya tak terhingga terjadi pada saat t=0 untuk waktu yang kecil tak
terhingga, dan uatan q=
dt
disalurkan ke masing masing kapasitor. Sesuai dengan hukum Kirchoff mngenai
tegangan, tegangan ini dimasukkan pada saat t=0 adalah
E=
(V) (9-27)
Tegangan awal keluaran
pada t=0 bila perubahan sesaat dalam tegangan masukan adalah besar tak berhingga
(dari 0 ke + E), di tentukan oleh pembagi tegangan kapasitif dan besarnya sama dengan
V0
(awal) =
(V) (9-28)
Tegangan keluaran berupa secara eksponensial dari nilai
awal ke nilai akhir keadaan mantap (steady state) dengan konstanta waktu T = RTHCTH,
dimana RTH dan CTH adalah parameter – parameter Thevemin
dari pelemah dengan melihat kembali ketrminal-terminal keluaran pada masukan
yang terhubung singkat.
Tegangan akhir keluaran pada t=∞ hanya ditentukan oleh tahanan, sebab kapasitor-kapasitor bertindak
sebagai rangakaian terbuka pada keadaan mantap tegangan DC. Berarti
(akhir)=
E
(V)
(9-29)
Bila pelemah di kompensir secara tetap,
V0(awal)=V0(akhir)
Atau dengan menggunakan persamaan (9-28) dan (9-29) diperoleh
RaCa=RlCl (9-30)
Yang tentunya adalah kondisi kesetimbangan jembatan.
Pelemahan vertikal dapat diubah-ubah
melaui penyetelan VOLT/DIV, dan setiap pengubahan memberikan jaringan pelemah Ra-Ca yang berlainan. Semua jaringan ini menggunakan
prinsip yang sama yakni: pembagi tegangan RC sederhana yang mempertahankan
suatu perbandingan penyetelan (set ratio) terhadapa satu sama lain dan
frekuensiinya dikompensir oleh kapasitor variabel kecil Ca. Pada CRO
tipe laboratorium komponen-komponen resistip dan kapasitip dari pelemah dipilih
sedemikian, sehingga masukan vertikal CRO selalu menyajikan inpedansi yang sama
terhadap rangkaian yang diuju, tampa menghiraukan kedudukan VOLT/DIV. Nilai
khas parameter masukan ini adalah 1 MΩ diperoleh 33 pF.
9-4-4
Penguat vertikal
Penguat
vertikal (vertical amplifier) terdiri dari beberapa tingkatan dengan
sensifitas atau penguatan total yang tetap biasanya dinyatakan dalam faktor
defleksi (V/DIV). Keuntungan penguatan tetap adalah bahwa penguat tersebut
dapat lebih mudah dirancang atau mempertahankan persyaratan stabilitas dan
lebar bidang (bandwith). Penguat vertikal dipertahankan dalam batas
kemampuannya untuk menangani sinyal berdasarkan pemilihan pelemah masukan (
input attenuator) yang sesuai. Dengan membuat pelemah positif yang paling
sensitif, penguatan total dari penguat berhubungan dengan pembacaan terendah
dari selektor VOLT/DIV.
Penguat vertikal pada umumnya
terdiri dari dua balok rangkaian utama yaitu pra-penguat (preampliflier) dan penguat utama (main vertikal ampliflier).
Daalm CRO tipe laboratorium, pra penguat sering tersedia sebagai suatu urut
kontak tusuk yang dengan mudah dan cepat dapat dihubungkan ke rangka casis utama (main frame) CRO. Kemudian
penguat utama membentuk sebuah bagian yang mutu dari kerangka utama. Unit
vertikal kontak tusuk yang berbeda jenis yang dirancang untuk pemakaian
pengukuran tertentu, dapat memperbesar kemampuan CRO dengan biaya yang pantas.
Gambar 9-21 menunjukan diagram
balok fungsional dari penguat vertikal. Elemen pertama dari pra penguat adalah
tingkat masukan; sering berisi sebuah FET source follower, yang impedansi
masukannya yang tinggi pada dasarnya memisahkan penguat dari pelemah. Tingkat
masukan FET ini kadang kadang disusul oleh sebuah emitter follower BJT yang
bertindak sebagai transformator impedansi untuk menyesuaikan (match) impedansi
keluaran FET yang besarnya sedang terhadap masukan pembalik fasa impedansi
rendah yang menyusulnya. Pembalik fasa atau penguat parafasa (paraphase amplifier),
menyediakan dua sinyal keluaran anti fasa yang dibutuhkan untuk mengoperasikan
penguat keluaran jenis dorong-tarik (push-pull). Tingkat akhir dari pra penguat
menyediakan penggerak yang dibutuhkan bagi penguat vertikal utama. Sinyal
keluaran dari penguat dorong-tarik sebesar 1000 mV/div adalah cocok bagi sebuah
pra penguat standar dari jenis kontak tusuk.
Penguat vertikal
utama yang ditunjukan dalam diagram balok pada gambar 9-21 terdiri dari sebuah
jaringan penggerak (driver amplifier) dan sebuah penguat tingkat keluaran jenis
dorong-tarik yang memberikan tegangan tegangan sinyal yang sama tetapi
berlawanan polaritas kekedua pelat defleksi vertikal CRT. Rangkaian rangkaian
dorong-tarik hampir selalu digunakan di dalam penguat verikal, sama halnya
seperti penguat horisontal sebabmereka memperbaiki linearitas defleksi CRT.
Dalam penguat utama juga gtermasuk rangkaian yang dibutuhkan untuk memusatkan
berkas beserta penguat penguat tambahan untuk menggerakan saluran tunda,
vertikal.
9-5 SALURAN TUNDA (DELAY LINE)
9-5.1 Fungsi saluran tunda
Semua rangkaian
elektronik dalam CRO (pelemah, penguat, pembentuk pulsa, generator, dan tentu
saja didalam kawat rangkaian sendiri) menyebabkan keterlambatan waktu tertentu
didalam transmisi tegangan sinyal ke pelat pelat refleksi. Hampir semua
keterlambatan ini terjadi di dalam rangkaian rangkaian yang melakukan
pemindahan, pembentukan, atau pembangkitan. Dengan membedakan rangkaian
rangkaian refleksi vertikal dan horisontal dalam diagram balok gambar 9-22,
kita lihat bahwa sinyal horisontal (basis waktu atau tegangan penyapu), dimulai
atau dipicu oleh sebagian dari sinyal keluaran yang dimasukan ke pelat pelat
vertikal CRT. Pengolahan sinyal dalam sinyal horisontal mencakup pembangkitan
dan pembentukan sebuah pulsa pemicu (trigger pick-off) yang menghidupkan
generator penyapu, yang keluarannya dikembalikan ke penguat horisontal dan
kemudian ke pelat pelat defleksi horisontal. Keseluruhan proses ini membutuhkan
waktu dalam orde 80 ns atau sekitarnya.
Untuk memungkinkan
operator mengamati “leading edge” dari bentuk gelombang sinyal, berarti
penggerak sinyal bagi pelat pelat CRT harus terlambat paling sedikit sebesar
jumlah waktu yang sama. Ini merupakan fungsi dari saluran tunda vertikal. Kita melihat
pada gambar 9-22 saluran tunda sebesar 200 ns telah ditambahkan ke saluran
vertikal, sehingga tegangan sinyal ke pelat pelat CRT terlambat sebesar 200 ns,
dan penyapuan horisontal dimulai sebelum defleksi vertikal. Walaupun saluran
tunda dapat muncul hampir dimana mana sepanjang lintasan sinyal vertikal,
pemicu harus mendahului saluran tunda.
Pada dasarnya
terdapat 2 saluran tunda, yaitu saluran tunda dengan parameter tergumpal
(lumped parameter delay line) dan saluran tunda dengan parameter terbagi
(distributed parameter line).
9-5.2 Saluran tunda dengan parameter tergumpal.
Saluran tunda
dengan parameter tergumpal (lumped parameter line) terdiri dari sejumlah
jaringan simetri LC bertingkat, sebagaimana disebut bagian berbentuk
(T-section) d ari gambar 9-23.
Jika bentuk T
berakhir pada impedansi karakteristiknya
Z0 (characteristic impedance Z0), maka menurut
defenisi, impedansi, dengan melihat kembali ke terminal masukan juga adalah Z0.
Kondisi penutupan ini memberikan karakteristik filter pelewat rendah (low pass
filter) bagi bentuk T yang pelemahan dan pergeseran phasanya merupakan fungsi
dari frekuensi, dan pita pelewatnya (pass band)didefinisikan oleh rangkuman
frekuensi pada mana pelemahan adalah nol. Batas atas dari pita pelewat disebut frekuensi pemutus (cut-off frequency)
dari filter, yang diberikan oleh
f1=
(9-31)
Jika spektrum sinyal masukan v1 terdiri dari
frekuensi yang jauh lebih rendah dari frekuensi pemutus, sinyal keluaran v0akan
merupakan tiruan yang tepat dari v1 tetapi yang terlambat sebesar
Ts≈
=
(9-32)
dimana Ts adalah keterlambatan waktu
untuk satu seksi T. Sejumlah seksi T yang disusun bertingkay menjjadi yyang
disebut saluran tunda parameter tergumpal
memperbesar keterlambatan waktu total menjadi
td
= nt1 (9-33)
dimana n adalah jumlah tingkatan dari
bagian-bagian T.
Karena
frekuensi pemutus dari saluran tunda parameter tergumpal yang tajam, amplitudo
dan distorsi phasa menjadi suatu masalah bila frekuensi sinyal masukan
bertambah. Sebagai contoh, pemberian masukan tegangan tangga yang mengandung
komponen-komponen frekuensi tinggi (frekuensi harmonik ganjil) menyebabkan
distorsi ppada respon transien tegangan keluaran dalam bentuk lonjakan (over
shoot) dan bentuk cincin (ringing), seperti ditunjukan pada gambar 9-24. Jenis
respon ini dapat diperbaiki agar lebih mirip dengan masukan tegangan tangga
semula dengan mengubah rancangan bagian filter menjadi, misalnya bagian m yang
diturunkan. Bagian m yang diturunkan merupakan rangkaian populer yang
menggunakan gandengan bersama antara kedua induktor dari bagian T.
Adalah
penting untuk untuk menyesuaikan saluran tunda sedekat mungkin ke impedansi
karakteristiknya Zo pada ujung masukan maupun ujung keluaran.
Persyaratan inii sering membawa ke rangkaian penutupan yang rumit dalam usaha
untuk mengoptimumkan kesetimbangan antara ampitudo dan distorsi fasa dan dalam
mendapatkan respon transien yang lebih baik.
Sebuah
rangkaian saluran tunda praktis dalam sebuah CRO digerakan oleh sebuah penguat
dorong-tarik dan selanjutnya terdiri dari susunan bagian bagian filter
bertingkat yang simetris, seperti ditunjukan pada gambar 9-25. Respon optimal
dari saluran tunda memerlukan pertimbangan komponen L dan C yang tepat dalam
masing masing bagian; kapasitor variabel harus diatur dengan cermat agar
efektif.
9-5-3 Saluran tunda dengan parameter terbagi
Saluran tunda dengan parameter
terbagi (distributet parameter delay line) terdiri dari kabel coaxial yang di
buat secara khusus dengan nilai induktansi yang tinggi setiap satuan panjang.
Untuk jenis sluran tund a ini konduktor tengan dari kabel coaxial normal yang
lurus di ganti dnegan sebuah kumparan kawat kontinu, digulung dalam bentuk
spiral pada sebuah inti lunak di bagian dalam. Untuk mengurangi arus pusar
(eddy current)biasanya konduktor luar di buat dari kawat jaringan terisolasi
(braided insulated wire), yang secara elektris di hubungkan pada ujung -ujung
kabel. Perincian konstruksi di tunjukan secara skema pada gambar 9-26.
Induktansi
saluran tunda di hasilkan oleh kumparan bagian dalam, dan besarnya sama dengan
induktansi solenoid dengan n lilitan
setiap meter. Induktansi dapat d perbesar dengan menggulung konduktor spiral
bagian dalam pada sebuah inti ferromagnetic, yang memiliki efek memperbesar
waktu keterlambatan td dan impedansi karakteristik Zo. Kapasitansi dari saluran
tunda dinyatakan oleh kapasitansi dari silinder coaxial yang dipisahkan oleh
dielektrik dari bahan politilene (Polyethylene). Kapasitansi dapat diperbesar
dengan menggunakan jarak ruang dielektrik yang lebih kecil antara konduktor
dalam dan konduktor luar.
Parameter khas untuk sebuah
saluran tunda berimpedansi tinggi berbentuk spiral adlah Zo 1000 Ω dan td = 180ns/m.
saluran tunda coaxial adalah menguntungkan sebab tidak memerlukan pengaturan
yang cermat terhadap parameter tergumpal, dan dia memerlukan ruangan yang jauh
lebih kecil.
9-6 SISTEM DEFLEKSI HORISONTAL
9-6.1 Generator penyapu (sweep generator)
CRO biasanya
mmemperagakan bentuk gelombang masukann vertikal sebgai fungsi dari waktu ini
memerllukan tegangan defleksi horisontal guna menggerakkan atau menyapu bintik
CRT sepanjang layar dari kiri kekanan dengan kecepatan konstan, dan kemudian
mengembalikan bintik tersebut dengan cepat keposisi semula di bagian kiri
layar, siap untuk penyapuan berikutnya. Tegangan penyapun atau basis waktu ini
dihasilkan dalamsistem deleksi horisontal CRO oleh generator penyapu (sweep
generator).
Tegangan penyapu
yang ideal bertambah dengan kecepatan yang linear dari suatu nilai minimal ke
nilai maksimal tertentu, dan kemudian turun dengan cepat kelevel semula seperti
ditunjukkan pada gelombang gigi gergaji pada gambar 9-27.
Bagian gigi
gergaji yang naik secara linear disebut tegangan
tanjak (ramp voltage). Selama selang waktu Ts, bila tegangan
tanjak naik dari V minimal ke Vmaksimal, bintik CRT tersapu sepanjang layar
dari kiri kekanan. Dalam setiap waktu kembali memulai jejak atau melenting (fly
back), Tr, tegangan penyapu turun dengan cepat ke nilai minimalx,
dan bintik CRT kembali ke titik semula pada layar. Dalam hampir semua CRO
berkas elektron di lenyapkan selama selang waktu pembalikan ini, sehingga
bintik CRT tidak dapat menghasilkan bayangan pada layar.
Semua generator
penyapu merupakan pengembangan dari rangkaian pengisi dasar RC yang di
tunjukkan pada gambar 9-28 (a). Dalam rangkaian ini mula-mula saklar S ditutup
sehingga tegangan ec pada kapasitor adalah 0. Bila saklar dibuka,
tegangan kapasitor ec bertambah secara eksponensial dari 0 menuju
tegangan suplay E seperti ditunjukan pada gambar 9-28 (b). Tegangan sesaat pada
kapasitor dibeerikan oleh persamaan
ec
= E (1-
) (9-34)
Kenaikan tegangan
kapasitor sangat tidak linier : ec mencapai 63% nilai akhirnya dalam
konstanta waktu dan mencapai nilai penuh E dalam 5 kali konstanta waktu. Jelas
bahwa ec tidak dapat digunakan sebagai tegangan penyapu linier.
Tetapi, jika proses pengisian sebelumnya diakhiri dengan menutup saklar S
sehingga yang digunakan sebagai tegangan penyapu hanya bagian permulaan dari
bentuk gelombang tegangan yaitu bagian yang kenaikannya curam, maka liniearitas
yang pantas dapat diperoleh sebagai contoh, jika S ditutup pada t =0,2 t, tegangan
kapasitor ec = 0,1 E dan kesalahan kemiringan (penyimpagan dari
liniearitas) adalah lebih kecil dari
10%.
Dimana t adalah waktu total proses pengisian dan RC adalah konstanta
waktu rangkaian pengisian.
Dalam beberapa pemakaian, besarnya ketidakliniearan ini dapat diterima
dan karenanya dalam beberapa CRO untuk frekuensi yang harganya murah,digunakan
rangkaian RC sederhana.
Dalam rangkaian
penyapu RC yang praktis, fungsi saklar S dalam gambar 9-28(a) diganti oleh
sebuah alat penghubung (saklar) elektronik, misalnya transistor UJT (Uni
Junction Transistor), saklar yang dikontrol oleh silikon,thyristor,gas
thyratron,dan lain-lain. Gambar 9-29(a) menunjukkan
osilator rileksasi (relaxation oscillator) yang terkenal, dalam mana
UJT bertindak sebagai saklar. Bila mula-mula daya dimasukkan kapasitor c
mengisi secara eksponensial melalui tahanan R, dan tegangan emitter UJT yaitu VE
naik menuju tegangan suplai EBB. Bila VE mencapai
tegangan puncak UJT yaitu VP dioda emitter ke basis 1 (E B1)
akan dicatu dalam arah maju (forward biased) dan UJT memicu. Ini menyediakan
lintangan pengosongan muatan tahanan rendah antara E dan B1,
sehingga kapasitor muatan dengan cepat melalui UJT. Dengan demikian,
tegangan VE berkurang sampai
dia tidak dapat lebih lama menyokong catu minimal yang diperlukan untuk
konduksi UJT. Pada titik ini lintasan bertahanan rendah E-B1
terputus, dan kapasitor mengisi kembali siklus(perioda) pengisian dan
pengosongan muatan ini berulang dalam suatu proses yang kontinu atau bekerja
penuh (free running process dan menghasilkan sebuah gelombang gigi gergaji
seperti ditunjukkan pada gambar 9-29(b).
Untuk memperbaiki
liniearitas penyapuan, sebuah rangkaian relaksasi UJT yang sebenarnya mungkin
menggunakan 2 sumber tegangan terpisah, yaitu sumber tegangan rendah untuk UJT
dan sumber tegangan tingii untuk rangkaian RC.
Frekuensi osilasi
dapat diubah dengan mengubah nilai R dan C (mengubah konstanta waktu). Dalam
sebuah rangkaian penyapu CRO yang praktis, tahanan digunakan untuk pengontrolan
frekuensi secara kontinu (oleh alat kontrol VARIABLE) dan kapasitor C diubah
secara bertahap guna menghasilkan sejumlah rangkuman frekuensi (saklar pemilih
TIME/DIV). Karena R maupun C keduanya dapat mengubah frekuensi penyapuan atau
basis waktu, mereka sering disebut Tahanan
pengatur waktu (timing resistor) dan kapasitor pengatur waktu (timing
kapasitor).
9-6-2 sinkronisasi penyapuan
Generator gigi
geragaji pada gambar 9-29 disebut bekerja penuh (free running) sebab tidak
tersedia alat control luar yang menghidupkan generator pada setiap penyapuan
baru. Penyapuan baru benar benar di mulai begitu kapasitor telah dikosongkan
dan cukup untuk membuat UJT tidak bekerja. Adalah mungkin menggunakan sebuah
penyapu yang beroperasi secara penuh guna menghasilkan suatu peragaan CRT yang
stabil, asalkan frekuensi sinyal masukan vertikal merupakan perkalian bulat
dari frekuensi penyapuan (fv=nfa). Keadaan ditunjukkan
pada gambar 9-30, dimana 2 siklus bentuk gelombang sinyal terjadi dalam selang
waktu sama dengan 1 siklus tegangan penyapuan (fv=sfa).
Jika hubungan frekuensi yang eksak ini tidak dipertahankan, peragaan CRT akan
tidak stabil dan akan bergeser sepanjang layar. Untuk menghasilkan suatu
pergaan yang stabil generator penyapu harus berjalan sinkron atau sejalan
dengan sumber sinyal vertikal, sehingga sinyal vertikal dan horizontal keduanya
mencapai suatu titik referensi dalam siklusnya pada saat yang bersamaan.
Dalam osilator
relaksasi yang ditunjukkan pada gambar 9-29 (a) sinkronisi penyapuan dapat
diperoleh dengan masukkan yang disebut sinyal sinkronisasi (syne signal)
Keterminal masukkan syne sedemikian sehingga memperkecil tegangan
puncak UJT dan dengan demikian menghentikkan tegangan tanjak naik sebelum
waktunya keadaan ini dijelaskan pada gambar 9-31, dimana sederetan pulsa
sinkronisasi negativ ditindihkan diatas tegangan puncak UJT.
Beberapa pulsa
pertama tidak mempunyai efek terhadap frekuensi gelombang gigi gergaji,dan
generator penyapu terus berjalan tidak sinkron pada frekuensi peribadinya
sendiri. Akhirnya proses pengisian kapasitor dihentikan sebelum waktunya oleh
sebuah pulsa sinkronisasi yang terjadi pada saat yang tepat yaitu pada saat
tegangan tanjak yang naik sama dengan penurunan seketika tegangan puncak UJT .
pada saat itu kapasitor mengosongkan muatan secara tepat melalui UJT,dan
tegangan tanjak yang menaik diakhiri. Bila tegangan kapasitor telah turun ke
tegangan minimal yang dibutuhkan untuk mempertahankan konduksi UJT,transistor
tidak bekerja dan kapasitor mengisi kembali guna menghasilkan tanjak
berikutnya.
Adalah jelas bahwa
proses singkronisasi hanya dapat terjadi karena pulsa singkronisasi
menghasilkan penyapuan sebelum waktunya . ini berarti bahwa pereode ( T) dari
sinyal singkronisaasi harus lebih kecil dari perioda yang biasa(T0)
dari gelombang gigi gergaji . ini juga berarti bahwa bila penyapuan dibuat
serempak,dia menganggap frekuensi sinyal singkronisasi sedikit lebih rendah
dari frekuensi sendiri yang biasa . disamping itu , amplitude sinyal
singkronisasi harus cukup besar untuk menjembatani kesenjangan antar tegangan
kapasitor yang sebenarnya dan tegangan puncak titik kerja ( quiscent) dari UJT
. pulsa – pulsa singkronisasi beramplitude rendah benar benar tidak akan
mensinkronkan penyapuan.
Sebagai pengganti pemakaian pulsa
singkrobnisasi negativ seperti pada gambar 9-31,sinkronisasi penyapuan dapat
juga diperoleh melalui sebuah sinyal sinkronisasi sinusoidal dengan amplitude
yang cukup . pulsa sinkronisasi negativ menghentikan proses pengisian kapasitor
sebelum waktunya, berarti memperpendek perioda yang biasa dari sinyal penyapu.
Sinyal singkronisasi gelombang sinus juga dapat memperpendek atau memperpanjang
perioda yang biasa dari gigi gergaji. Ini ditunjukkan pada gambar 9-32, dimana
kedua tegangan penyapu dari frekuensi yang berbeda disingkronkan kesiinyal
sinkronisasi gelombang sinus yang sama . satu gelombang gigi gergaji
(digambarkan sebagai garis tebal) , yang periodanya biasanya lebih pendek dari
perioda sinyal singkronisasi ,diperpanjang sampai dia sejalan dengan gelombang
sinus. Gelombang gigi gergaji yang lain( digambarkan sebagai garis putus-putus)
, yang periodanya biasa lebih panjang dari perioda sinyal sinkronisasi ,
diperpendek hingga dia sinkron dengan gelombang sinus sebelumnya, dalam kedua
hal ini penyapuan yang telah
disinkronkan menggunakan frekuensi sinyal sinkronisasi.
Sinyal sinkronisasi untuk generator penyapu dapat di
peroleh dari berbagai sumber dan dipilih oleh sebuah alat kontrol pada panel
depan CRO yang disebut SYNC SELECTOR. Dalam gambar 9-33 pemilih ini ditunjukkan
sebagai sebuah saklar tiga posisi yang diberi tanda INT-EXT-LINE. Pada posisi
internal atau INT, digunakan sebuah sampel sinyal penguat vertikal yang
dilengkapi dengan sebuah pembagi tegangan untuk membangkitkan pulsa
singkronisasi. Dengan demikian, ini menghubungkan mulainya penyapuan terhadap
sinyal masukan vertikal yang diselidiki. Pada posisi eksternal atau EXT
generator penyapu dapat disinkronkan
terhadap sebuah sinyal yang dimasukkan dari luar melalui sebuah cagak (jack)
dipanel depan yang diberi tanda EXT. Pada posisi LINE sebuah sampel tegangan
jala-jala dimasukkan kegenerator penyapu, sehingga sinyal yang di amati
disinkronkan terhadap frekuensi jala-jala.
9-6-3 Penyapuan terpicu (triggered sweep)
CRO jenis laboratirum biasanya dilengkapi dengan sistem
basis waktu yang menggunakan apa yang disebut penyapu terpicu (triggered sweep). Dengan penyapuan terpicu ini,
generator gigi gergaji tidak membangkitkan suatu tegangan tanjak kecuali kalau
diminta untuk melakukannya oleh sebuah pulsa pemicu. Sebuah penyapu terpicu
meningkatkan keandalan CRO dalam
pengertian bahwa dia memungkinkan CRT
memergunakan sinyal-sinyal masukan vertikal yang waktunya sangat singkat
(misalnya pulsa sempit), terbentang sepanjang satu permukaan layar yang cukup
besar, hanya karena penyapuan diawali oleh sebuah pulsa pemicu yang berasal
dari gelombang yang diselidiki.
Gambar 9-34(a) menunjukkan modifikasi sebuah osilator
rileksasi dasar dari Gambar 9-29(a)
sebagai contoh praktis dari rangkaian penyapu yang terpicu. Kedua tahanan R3 dan R4 membentuk sebbuah
pembagi tegangan melewati tegangan suplai VBB.
Tahanan-tahanannya dipilih sedemikian sehingga tegangan VD pada
katoda dari dioda D berada dibawah tegangan puncak VP untuk
menghidupkan UJT. Bila mula-mula rangkaian dibuat bekerja dan UJT pada keadaan
tidak konduksi, kapasitor pengatur waktu CT mengisi muatan secara
eksponensial melalui tahan pengatur RT menuju VBB sampai
tercapai suatu titik dimana dioda menjadi tercatu maju, (forward biased) dan
konduksi. Selanjutnya kapasitor tidak pernah mencapai tegangan puncak yang
dibutuhkan untuk menghidupkan UJT tetapi dikepit (clamped) pada VD dan
tidak dapat mengosongkan muatan. Jika sekarang sebuah pulsa pemicu negatif
dengan amplitudo yang cukup dimasukkan ke basis no.2 dari UJT, tegangan puncak
VP secara seketika turun dan UJT menyala. Sebagai akibatnya, CT
mengosongkan muatan dengan cepat melalui UJT sampai tegangan memertahankan UJT
tercapai. Pada titik ini, UJT berubah ke tidak bekerja, dan CT mengisi muatan menuju tegangan sumber VBB
sampai dia dikepit sekali lagi pada VD dimana dia menantikan
kedatangan pulsa pemicu berikutnya.
Bentuk gelombang
keluaran dari generator penyapu terpicu ditunjukkan pada gambar 9-34(b).
Perhatikan bahwa pulsa pemicu memulai penjejakan kembali sebelum penyapuan
dapat dibangkitkan, sehingga bagian awal dari gelombang yang akan diselidiki
akan hilang dalam waktu penjejakan kembali yang singkat, kecuali jika saluran
tunda vertikal memberikan keterlambatan (delay) simyal yang cukup.
Diagram balok pada
gambar 9-35 menunjukkan sebuah rangkaian pemicu yang khas bagi CRO dengan
penyapu terpicu. Rangkaian pemicu menerima sinyal masukan dari bentuk dan
amplitudo yang berlainan, dan dari berbagai sumber; dan mengubahnya menjadi
pulsa-pulsa yang amplitudonya seragam untuk operasi penyapuan yang terpercaya.
Selektor pemicu ditunjukkan sebagai sebuah saklar tiga posisi yang diberi tanda
INT-EXT-LINE dan memperlengkapi operator guna memilih sinyal masukan pemicu
dalam cara yang sama seperti selektor SYNC pada gambar 9-33. Sinyal masukan
pemicu ini dimasukkan ke sebuah pembanding tegangan yang level acuannya disetel
oleh alat kontrol TRIGGER LEVEL pada panel depan CRO. Rangkaian pembanding memberi
reaksi terhadap perubahan sinyal masukan pemicu yang melampaui nilai yang telah
disetel melalui pengontrol level pemicu.
Generator pulsa (Pemicu Schmitt) di belakang pembanding menghasilkan sebuah
pula pemicu negatif setiap kali keluaran pembanding memotong level titik
kerjanya (Quiscent Level) yang pada gilirannya akan memicu generator penyapu
guna memulai penyapuan yang baru.
9-6-4 Perbaikan linearitas penyapuan
Osilataor-osilator laboratorium
dirancang untuk melakuakan pengukuran yang teliti terhadap waktu dan karena itu
memerlukan penyapuan dengan linearitas penyapuan. Diantaranya yang terpenting
adalah
1. Arus pengisisan yang konstan, dengan cara kapasitor pengatur waktu dimuati
secara linear dari sumber arus yang konstan.
2. Rangkaian penyapu Miller, dengan cara sebuah masukan tangga (step
Input) diubah menjadi sebuah fungsi linear dengan menggunakan integrator
operasional.
3. Rangkaian “phantastron” yang merupakan variasi Miller.
4. Rangkaian boostrap, dengan cara arus pengisian yang konstan dapat
dipelihara yakni dengan pempertahankan tegangan pada tahanan pengisi ; dan
dengan demikian, arus pengisian yang melaluinya adalah konstan.
5. Rangkaian kompensasi, yang digunakan untuk memperbaiki linearitas
rangkaian miller dan rangkaian bootstrep.
Analisis terperinci dari rangkaian- rangkaian
ini tidak termasuk dalam jangkauan buku ini.mahasiswa yang ingin mempelajari
materi ini dapat membaca buku- buku tertentu mengenai rangkaian pulsa dan
penyakelaran (switching).
9-6-5 penguat
Horizontal
Dalam sebuah CRO yang biasa
tingkat persyaratan prestasi (penguatan/
lebar bidang ) penguat Horizontal lebih rendah dari penguat vertikal. Sementara
penguat vertikal harus mampu menangani sinyal- sinyal beramplitudo kecil dengan
kenaikan waktu yang cepat, penguat horizontal hanya harus memproses sinyal
penyapu yang amplitudonya cukup tinggi dan kenaikan waktunya relatif lambat.
Akan tetapi penguatan penguat horizontal lebih besar dari penguatan penguat
vertikal, sebab sensivitas defleksi horizontal CRT lebih kecil dari sensivitas
defleksi vertikal.
Gambar 9-36 menunjukkan
diagram balok dari sebuah penguat horisontal dasar yang umumnya digunakan dalam
CRO sederhana yang frekuensinya rendah. penguat ini terdiri dari 3 tingkatan;
penguat masukan, penguat parafasa. Dan tingkat keluaran dorong tarik. Dalam
pemakaian yang lazim, penguat masukan menerima sinyalnya dari generator
penyapu, yang secara khas menghasilkan suatu sinyal yang tampak basis waktu sebesar
10 V.bersama- sama dengan tegangan penyapu, tingkat masukan juga menerima suatu
tegangan mengimbangi arus searah (DC offset voltage) yang memungkinkan
pengaturan posisi horizontal bintik CRT pada layar. Keluaran pada 1 jenis ini
dihubungkan kesebuah penguat parafasa berumpan balik negatif, yang menghasilkan
2 sinyal keluaran yang setimbang guna menghidupkan tingkat akhir. penguat
keluaran dorong tarik
Negatif, diperkuat kelevel yang diperlukan untuk dimasukkan secara
simultankekedua pelat defleksi horisontal CRT.
Terdapat sejumlah
pemakaian yang sangat bermanfaat jika CRO ditempatkan pada yang disebut modus operasi X-Y sebagai pengganti modus Y-T
yang lazim. Dalam modus yang disinyal masukan vertikal dihubungkan keCRO
dengann cara yang biasa, tetapi basis waktu horisontal diganti dengan sebuah
sinyal luar yang dihubungkan kepenguat horisontal melalui sebuah penguat depan
dan posisi EXP pada selektor penyapu. Jika peragaan X-Y harus menyajikan
hubungan tepat antara sinyal horisontal dan sinyal vertikal, kedua sistem harus
memiliki keterlambatan fasa, faktor defleksi dan pita pelewat atau (bendpas) yang sama. Persyaratan ini
menempatkan sistem penguat horisontal dalam kelas yang sama dengan sistem
pemguat vertikal.
Dalam CRO tipe
laboratorium yang lebih maju, tingkat masukan sering digabungkan kegenerator
penyapu agarmembentuk unit basis waktu k0ntak tusuk, dengan penguat parafasa
dan penguat keluaran yang tetap berada di dalam kerangka utama CRO.
9-7 JARUM PENDUGA CRO
9-7-1 Pendahuluan
Jarum penduga (probe) CRO melakukan
fungsi penting yaitu menghubungkan rangkaian yang akan diselidiki
keterminal-terminal masukan CRO tanpa membebani atau jika tidak mengganggu
susunan pengujian. Agar memenuhi persyaratan dari berbagai CRO pemakaian umum
dan pemakaian khusus, terdapat berbagai jenis jarum penduga adari jenis
tegangan pasif yang sederhana sampai
kejarum penduga aktif yang baik untuk pemakaian khusus. Namua dalam
masing-masing hal jarum penduga tidak harus menurunka prestasi CRO, dana
gabungan jarum penduga bersma CRO harus disesuiakan dengan cepat dan
dikalibrasi sebagai suatu sistem pengukuran guna menjamin ketellitian
pengukuran yang maksimal.
Gambar 9-37
merupakan diagram balok yang umum yang dapat dipakai pada semua jarum
penduga CRO. Kepala jarum penduga (probe
head) berisi rangkaian pengindera sinyal. Rangkaian ini biasa pasif seperti
halnya tahanan 10 MΩ yang diparalel oleh
sebuah kapasitor 7pF atau bisa aktif
seperti halnya sebuah FET source follower beserta elemen-elemen yang sesuai. Sebuah
kabel koaksial (jenis kabel bergantung pada jenis jarum penduga, digunakan
untuk menggandengkan kepala jarum penduga) kerangkaian penutup (termination),
yang juga bisa aktif dan pasif. Rangkaian penutup ini melengkapi CRO dengan
impedansi sumber yang dia perlukan menutup kabel koaksial pada impedansi
karakteristiknya.
9-7-2 jarum penduga tegangan pasif ( passiv probe )
Jarum penduga yang
paling terkenal dan mengenyangkan untuk menggandengkan sinyal yang akan di
selidiki ke CRO adalah jarum penduga tegangan pasif ( disebut demikian sebab
tidak mengandung elemen-elemen aktif ).
Jarum penduga pasif paling sederhana adalah jarum penduga
tampa pelemahan atau jarum penduga XI. Jarum penduga ini berisi sebuah kabel
coaxial dengan ujung jarum penduga ( probe tip ) pada salah satu ujung kabel
dan conektor BMC pada ujung lainnya. Walaupun sambungan dari titik uji ke
masukan CRO adalah langsung, kapasitansi paralel dari kabel memainkan suatu
peranan dan harus di perhitungkan. Secara has, kapasitansi dari sebuah kabel
kapasitansi coaxial 50 ohm adalah sekitar 30 pF/kaki, sehinggan sebuah kabel
coaxial yang panjangnya 5 kaki menambahkan sekitar 150pF terhadap kapasitansi
masukan CRO. Dengan demikian jarum penduga XI pada dasarnya adalah sebuah
kapasitansi pemaralel ( shunting capacitance ) yang besar dengan terminal
masukan yang letaknya beberapa kaki dari masukan CRO karna jarum penduga XI
menyajikan beban besar terhadap sinyal-sinyal frekuensi tinggi dia biasanya di
batasi untuk pemakaian frekuensi rendah seperti halnya pengukuran keru
gelombang sumberdaya arus bolak-balik.
Salah satu jarum penduga tegangan pasif yang paling banyak
di pakai adalah jarum penduga terkompensasi 10x yang di tunjukan pada gambar
9-38, di rancang untuk melengkapi pelemahan sinya sebesar 10 di banding 1 pada
suatu rangkuman frekuensi yang lebar. Pada gambar 9-38 kepala jarum penduga
berisi tahanan pelemah R1, yang di paralel oleh kapasitor variabel
kecil C1 , untuk kompensas
jarum penduga ( pembaca di anjurkan mempelajari Bab 9-4.3 dimana mengenai
materi komensasi jarum pelemah di bahas secara terperinci ). Sebuah kabel
coaxial menghubungkan kepala jarum penduga CRO yang impedansi masukannya di
nyatakan oleh tahanan R1n paralel terhadap capasitor C1n .
untuk instrumen laboratorium pemakaian umum, R1n = 1 M ohm dan C1n
= 20pF merupakan nilai-nilai yang pantas
Sepanjang yang menyangkut tegangan dc, gabungan jarum
penduga dan CRO merupakan sebuah pembagi tegangan 10 banding 1 yang
karakteristik alih dc nya adalah
(9-35)
Untuk nilai-nilai rangkaian yang di berikan pada gambar 9-38, ini
menghasilkan
= 0.1 vin
Yang sesungguhnya adalah pembagi tegangan 10 banding 1.
Untuk mengkompensir pembagi tegangan ini
pada rangkuman frekuensi CRO, konstanta waktu v1 =R1C1
dari jaringan masukan harus sama dengan konstanta waktu T2= R1n
(C2+C1n)
dari jaringan keluaran. Perhatikan bahwa C2 menyatakan kapasitansi
kabel koaksial. Dengan mengambil panjang kabel 3,5 kaki dan kapasitansi adalah
30 pF/maka kapasitansi total adalah C2 =3,5 x 30 pF =105 pF . jadi
konstanta waktu t2 = 1 mΩ (105 pF + 20
pF) = 125 uS untuk R1 = 9 MΩ, kapasitor
kompensasi C1 harus di atur menjadi C 1 125 uS/ 9 MΩ = 13,88 pF. Karena kapasitansi masukan CRO dapat dirubah dari sekitar
15 pF sampai 150 pF bergantung pada masing-masing instrumen, maka kapasitor
kompensasi C1 harus dapat di
atur dari sekitar 13 pF sampai 17 pF
seperti ditunjukkan pada gambar 9-3,8.
Adalah penting untuk menyadari bahwa
bila jarum penduga pelemah 10 X mula-mula di hubungkan ke CRO, maka kapasitor
kompensasi C1 harus di atur agar menghasilkan respons frekuensi
gabungan jarum penduga dan CRO yang optimal. Pengaturan ini paling mudah dilakukan
dengan cara m enghubungkan ujung jarum penduga ke sinyal uji gelombang persegi
1 kHz (tegangan pengalibrasi) dan mengamati peragaan CRT yang menghasilkan
respons optimal sewaktu mengatur C1. Gambar respons khas
ditunjukkan pada gambar 9-19.
9-7-3 jarum
penduga tegangan aktif
Jarum penduga tegangan aktif yang
dirancang guna memberikan suatu cara yang efisien dalam menggandeng sinyal
frekuensi tinggi yang kenaikan wktunya cepat kemasukan CRO, berisi komponen
aktif seperti dioda , FET, BJT atau tabung vakum miniatur. Umumnya jarum
penduga aktif memiliki impedansi masukan yang sangat tinggi dengan pelemahan
yang lebih kecil dari jarum penduga pasif. Karena mereka berisi rangkaian
elektronik, jarum penduga aktif lebih mahal dan lebih bear dari jarum penduga
pasif, tetapi mereka sangat memperbesar kemampuan pengukuran dari sistemjarum
penduga dan CRO.
Bentuk jarum penduga aktif yang
terdahulu adalah jarum penduga
cathode follower (CF) pada gambar 9-39, yang menggunakan sebuah tabung vakum
trioda miniatur sebagai elemen aktif. Keseluruhan rangkaian CF terkandung di
dalam kepala jarum penduga ; sebuah kabel koaksial menghubungkan keluaran CF ke
terminal-terminal masukan CRO. Ketentuan khusus dibuat untuk penyaluran
tegangan tinggi dan tegangan filamen ke trioda vakum dengan cara penyambungan
kabel yang terpisah. Impedansi masukan dari rangkain CF adalah tinggi sekali,
khasnya dalam orde 10 MΩ atau lebih ; sedand kapasitansi masukan
adalah rendah sekali (kira-kira 5 pF). Impedansi keluaran dari CF dimaksudkan
untuk mengemudikan kabel koaksial yang di tutup pada impedansi karakteristiknya
pada masukan CRO. Jarum penduga CF di batasi pada tegangan masukan yang tidak
melebihi beberapa volt, walaupun rangkuman tegangannya dapat diperbesar dengan
penambahan pembagi tegangan terkompensasi 10 : 1 ke masukan CF dengan cara
menambah ujung jarum penduga.
Versi jarum penduga tegangan aktif yang lebih
baik adalah jarum penduga FET pada gambar 9-40, dimana sebuah transistor efek
medan (field effect transistor) dalam konfigurasi “source follower” digunakan
sebagai elemen masukan yang aktif. Jarum penduga FET, seperti jarum penduga
lainnya, terdiri dari tiga bagian yakni kepala jarum penduga, kabel koaksial
dan penutupan. Kepala jarum penduga berisi “source folower FET” di tambah
sebuah penguat pengemudi EF (Efndriver amplifier) untuk mengemudikan kapal
koaksial. Impedansi masukan dari rangkaain FET adalah sekitar 10 MΩ yang di
paralel oleh 5 pF, dan rangkuman sinyal dinamik dari penguat jarum penduga
dibatasi pada sekitar ± 500 mV. Untuk memperbesar rangkuman tegangan masukan
yang terbatas ini, biasanya tersedia pelemah 10X dan 100X sebagai alat
tambahan. Akabel koaksial menghubungkan kepala jarum penduga ke kotak penutupan
(termination box) yang pada gilirannya di hubungkan ke masukan CRO. Kabel
koaksial ditutup pada impedansi karakteristiknya (misalnya Zo = 50Ω)
oleh peralatan aktif yang terdapat di dalam kotak penutup. Rangkaian tambahan
yang direncanakan untuk m emperbaiki stabilitas rangkaian respons frekuensi
yang seri ng mengandung peralatan aktif dan penguat keluaran, juga disediakan
di dalam kotak penutup.
9-7-4 jarum penduga arus
Jarum penduga arus memberikan suatu metoda penggandengan
sinyal ke masukan CRO secara induktif, sehingga tidak memerlukan hubungan
listrik langsung kerangkaian uji. Sebagaimana halnya pada jarum penduga tegangan, jarum penduga arus terdiri
dari sebuah pengindera (sensor), sebuah kabel koaksial dan rangkaian penutup.
Terdapat berbagai jenis jarum penduga arus. Sebuah contoh jarum
penduga arus pasif jenis inti terpisah (splitcore) pada gambar 9-41 yang dpat
di buka dan dijepit sekeliling konduktor yang arusnya akan di ukur. Alat
pengindera arus pada jarum penduga ini adalah yang disebut transformator arus
(current transformer) dari inti terpisah, terdiri dari lempeng stasioner
berbentuk U dan sebuah lempeng datar yang dapat bergerak sebuah kumparan dengan
jumlah lilitan sekitar 25 digulungkan pada salah satu kaki dari inti ferrit
guna membentuk kumparan transformator sekunder. Konduktor yang akan di uji
adalah kumparan primer satu gulungan.
Sinyal masukan ke jarum penduga adalah arus di dalam
konduktor yang akan di ukur; sinyal keluaran adalah tegangan yang di bangkitkan
pada sekunder transformator. Jelas bahwa jarum penduga arus ini hanya
mengindera perubahan arus dan dengan demikian hanya dapat digunakan untuk
mengujur sinyal-sinyal bolak-balik (ac). Jika ditutup secara tepat,
sensitivitas jarum penduga ini adalah dalam orde 10 mA/mV (keluaran sinyal
sebesar 1 mV sebagai akibat dari perubahan arus masukan sebesar 10 mA).
Tegangan keluaran transformator digandengkan dari kepala jarum penduga
kepenutupan melalui sebuah kabel koaksial pada impedansi karakteristiknya.
Rangkaian tambahan guna memperbaiki karakteristik respons jarum penguga juga
terdapat didalam kotak penutup.
9-7-5 jarum penduga tegangan tinggi
Jarum penduga tegangan tinggi digunakan untuk menghubungkan
sinyal-sinyal kilovolt ke CRO konvensional dengan melengkapi perbandingan
tegangan sebesar 1000 : 1 atau lebih. Kepala jarum penduga tegangan tinggi
dibuat dari bahan termoplastik yang kekuatan tumbuknya (impact strength) tinggi
dan direncanakan secara khusus guna melindungi pemakai terhadap bahaya kejutan
elektris.
Gambar 9-42 menunjukkan diagram rangkaian
sebuah jarum penduga tegangan tinggi khas 1000 :1. Kepala jarum penduga berisi
sebuah tahanan 100 MΩ yang panjangnya sekitar
4 inci, yang kapasitansi terbaginya ditunjukkan pada skema. Sebuah kabel jarum
penduga yang khusus menghubungkan kepala ke kotak penutup yang dapat ditusukkan
ke dalam terminal-terminal masukan vertikal CRO. Perbandingan pelemahan sebesar
1000 : 1 diperoleh dengan mengatur tahanan Rs yang seri dengan R 4
= 100 kΩ, dan dengan tahanan masukan CRO sebesar 1 MΩ seperti terlihat pada gambar. Jarum penduga dikompensir terhadap
konstanta waktu masukan CRO melalui pengaturan jaringan yang terdiri dari R1,
C 1, R 2, C2 dan C 3. Kabel jarum
penduga ditutup pada impedansi karakteristiknya oleh taahanan R3 dan
R6.
Kemampuan jarum penduga untuk mengukur
tegangan tinggi dipengaruhi oleh kapasitansi paralel terhadap rangkaian
masukan, yang dapat menjadi kelihatan dengan jelas pada frekuensi-frekuensi di
atas 100 kHz. Kenaikan temperatur juga menurunkan kemampuan jarum penduga untuk
mengukur tegangan tinggi.
9-8 GAMBAR LISSAJOUS
9-8-1 konstruksi gambar lissajous
Gambar-gambar lissajous dihasilkan bila gelombang-gelombang
sinus dimasukkan secara bersamaan ke
pelat-pelat defleksi horizontal dan vertikal CRO. Konstruksi sebuah gambar
lissajous ditunjukkan secara grafik pada gambar 9-43. Gelombang sinus cv
menyatakan tegangan defleksi vertikal dan gelombang sinus en adalah
tegangan defleksi horizontal. Frekuensi sinyal vertikal adalah dua kali
frekuensi sinyal horizontal, sehingga bintik CRT bergerak dua siklus lengkap
dalam arah vertikal di bandingkan terhadap satu siklus dalam arah horizontal.
Gambar 9-43 menunjukkan bahwa angka 1 sampai 16 pada kedua bentuk gelombang
menyatakan titik-titik yang berhubungan dengan selang waktu. Dengan menganggap
bahwa bintik diawali dari pusat layar CRT (titik 0), perjalanan bintik dapat
dilukiskan kembali menurut cara yang ditunjukkan, dan gambar yang dihasilkan
disebut gambar lissajous.
Dua gelombang sinus dengan frekuensi yang sama menghasilkan
gambar lissajous yang bisa berbentuk garis lurus, elips atau lingkaran,
bergantung padaa fasa dan amplitudo kedua sinyal tersebut. Sebuah lingkaran
hanya dapat terbentuk bila amplitudo kedua
Sinyal sama. Jika mereka tidak sama dan/ atau tidak sefasa, terbentuk
sebuah elips yang sumbu-sumbunya adalah bidang horizontal dan bidang vertikal
(dengan menganggap penempatan CRO yang normal). Tanpa memperhatikan amplitudo
sinyal, hal yang menentukan jenis gambar yang terbentuk dengan memasukkan dua
sinyal yang frekuensinya sama ke pelat defleksi adalah beda fasa antara kedua
sinyal tersebut. Gambar 9-44 menunjukkan hubungan fasa yang diperlukan untuk
masing-masing gambar yang dihasilkan
Sejumlah kesimpulan dapat diambil dari penyelidikan
gambar-gambar ini. Sebagai contoh, sebuah garis lurus dihasilkan bila kedua
sinyal adalah sefasa atau berbeda fasa 1800 . sudut yang terbentuk
dengan horizontal akan persis sama dengan 450 bila amplitudo kedua
sinyal adalah sama. Suatu kenaikan pada tegangan defleksi vertikal menyebabkan garis yang
membentuk sudut lebih besar dari 45o terhadap horizontal. Dengan
cara sama, penurunan penguatan penguat vertikal memperlihatkan sebuah garis
dengan lebih kecil dari 450 terhadap horizontal. Sebuah lingkaran
dihasilkan bila beda fasa antara kedua sinyal persis sama dengan 900 atau
2700. Dengan anggapan bahwa kedua sinyal tersebut mempunyai
amplitudo yang lebih besar, terbentuk sebuah elips dengan sumbu panjang adalah
sumbu vertikal. Bila sinyal horizontal lebih besar, sumbu panjang elips akan
terletak sepanjang sumbu horizontal. Dalam hal elips-elips yang terbentuk
karena perbedaan fasa lain dari 900 , suatu perubahan hubungan
antara tegangan-tegangan defleksi mempunyai efek yang serupa.
9-8-2 penentuan frekuensi
Bagi setiap perbandingan sinyal yang di masukkan, terdapat
banyak kemungkinan konfigurasi. Salah satu pertimbangan adalah apakah yang
dimasukkan ke pelat-pelat defleksi horizontal adalah frekuensi tinggi atau
frekuensi rendah. Akan tetapi, pertimbangan yang paling penting adalah fasa
dari sinyal frekuensi tinggi berkenaan dengan sinyal frekuensi rendah. Pola
pada gambar 9-43 menunjukkan sebuah gambar berbentuk angka delapan, bersandar
pada kedua sisinya yang dihasilkan bila kedua sinyal berangkat keluar
bersama-sama. Sebuah garis singgung yang dilukiskan melalui ujung atas gambar
akan membentuk titik singgung pada dua tempat ; sebuah garis singgung yang
dilukiskan melalui satu sisi vertikal akan membentuk titik singgung pada satu
titik. Jelas bahwa jumlah garis-garis singgung horizontal berhubungan dengan
frekuensi tegangan defleksi vertikal, sedang jumlah garis-garis singgung
vertikal berhubungan denganfrekuensi tegangan defleksi horizontal. Jadi
perbandingan antara frekuensi defleksi vertikal terhadap frekuensi defleksi
horizontal adalah 2/1.
Gambar-gambar yang menarik akan diperoleh bila sinyal
frekuensi tinggi dan sinyal frekuensi rendah tidak berangkat pada waktu yang
bersamaan tetapi berbeda fasa. Gambar 9-45 menunjukkan hubungan fasa
selanjutnya antara kedua sinyal. Gambar 9-45(b) menunjukkan keadaan dimana
sinyal frekuensi tinggi tergeser ke depan sebesar 900 . disini
sinyal frekuensi tinggi berada pada nilai maksimalnya bila sinyal frekuensi
rendah baru akan memulai siklusnya. Bila kondisi ini terjadi, gambar yang
dihasilkan membentuk sebuah parabola terbalik. Gambar jenis ini biasanya
disebut bayangan rangkap (double image) : karena berkas elektron, setelah
mengubah arahnya, kembali mengikuti landasan (jejak) yang persis sama.
Bila sebuah bayangan rangkap seperti halnya parabola
dihasilkan, untuk mengevaluasi perbandingan frekuensi harus digunakan suatu
metoda lain. Dalam hal ini sebuah garis singgung yang ditarik melalui ujung
gambar yang terbuka dihitung sebagai setengah garis singgung. Sebagai contoh
pada gambar 9-45(d) , sebuah garis singgung yang digambarkan melalui
puncak membentuk dua titik singgung pada
bagian atasnya yang terbuka dan demikian masing-masing menghitung sebagai
setengah garis siggung, menghasilkan total satu titik. Melalui sisi vertikal
hanya terdapat satu titik singgung terbuka yang memberikan hitungan setengah.
Dengan demikian, perbandingan frekuensi vertikal terhadap frekuensi horizontal
masih 2/1. Terdapat beberapa pembatasan terhadap frekuensi yang dapat
dimasukkan ke pelat-pelat defleksi . jelas, salah satu adalah bahwa CRO harus
memiliki lebar bidang yang dibutuhkan pada frekuensi-frekuensi ini.
Perbandingan frekuensi yang tepat, sebagai aturan, perbandingan setinggi 10/1
dan serendah 10/9 dapat ditentukan dengan baik sekali.
Disamping gambar-gambar untuk perbandinga-perbandingan
frekuensi yang bulat, terdapat banyak gambar pada mana pembilang dan penyebut
dari perbandingan tersebut adalah angka-angka bulat. Sebagai contoh, gambar 9-46
menunjukkan gambar-gambar untuk perbandingan 3/2 dan 5/3. Dalam setiap hal,
metoda penentuan perbandingan dari frekuensi-frekuensi yang dimasukkan adalah
sama seperti yang telah dibicarakan sebelumnya.
Membandingkan frekuensi dengan menggunakan gambar-gambar
lissajous sering dilakukan pada CRO.
Bila sebuah gambar lissajous dibentuk oleh dua sinyal yang amplitudonya sama
dengan perbedaan frekuensi yang hamya sedikit, gambar kelihatan bergesar
pelan-pelan sesuai dengan beda fasa antara keduanya. Bila dari permulaan kedua
sinyal adalah sefasa dan gambar merupakan sebuah garis lurus seperti di
tunjukkan pada gambar 9-44, garis terbuka menjadi sebual elips, kemudian
menjadi sebuah lingkaran, tertutup menjadi elips, dan kemudian menjadi garis
lurus dengan kemiringan (inklinasi) yang berlawanan terhadap yang semula.
Urutan ini terjadi dengan pergeseran setengah getaran. Dalam menelesaikan
perbedaan satu geseran. Gambar telah kembali ke posisi bergerak semula. Sebagai
contoh, jika sebuah gambar lissajous digunakan
Untuk membandingkan dua osilator, satu dengan
frekuensi 1000 Hz dan yang lain dengan frekuensi 1001 Hz, gambar pada layar CRT
menyelasaikan satu siklus perubahan dalam satu sekon. Jika frekuensi satu
osilator dapat diatur sehingga
diperlukan beberapa sekon untuk menyelesaikan satu perubahan gambar yang
lengkap,kedua frekuensi satu sama lain merupakan bilangan pecahan (fraksi) dari
satu getaran (siklus) yang merupakan presentase yang sangat kecil dalam
frekuensi osilasi sebesar 1000 Hz. Bila satu frekuensi bergeser sedikit
berkenaan dengan yang lain, gambar akan berputar atau meluncur dengan cepat
(barrel) dari perbandingan yang bulat.
9-8-3 perhitungan
sudut fase
Tanpa memperhatikan amplitudo relatif dari
tegangan-tegangan yang dimasukkan, elips memberikan cara sederhana untuk
mendapatkan beda fase antara dua sinyal dengan frekuensi yang sama. Metode ini
ditunjukkan pada gambar 9-47. Sinus sudut fasa antara kedua sinyal sama dengan
perbandingan antara titik potong pada sumbu Y yang dinyatakan oleh y1
terhadap defleksi vertikal maksimal yang dinyatakan oleh y2 dapat
dituliskan:
(9-36)
Agar menyeyangkan, penguatan-penguatan vertikal dan horizontal diatur
sehimgga elips tepat berada didalam sebuah bujur sangkar seperti yang ditandai
oleh garis-garis kordinat pada “graticule”. Gambar 9-47 menunjukkan cara
menafsirkan sudut fasa sesuai dengan orientasi elips. Jika sumbu panjang
terletak dalam kuadran pertama dan ketiga seperti ditunjukkan pada gambar
9-47(b), sudut fasa adalah antara O0 dan 900 atau antara
2700 dan 3600. Bila sumbu panjang lewat melalui kuadran
kedua dan keempat, sudut fasa adalah antara 900 dan 1800 atau
antara 1800 dan 2700. Dalam contoh gambar 9-47 sinus
sudut fasa sama dengan 0,5 sesuai dengan nilai sudut-sudut fasa yang berbeda
seperti ditunjukkan pada gambaar.
9-9 CRO UNTUK PEMAKAIAN KHUSUS
9-9-1 CROdengan jejak rangkap dua (dual trace CRO)
Kemampuan CRT satu jejak (single trance) yang biasa dapat
ditingkatkan agar menghasilkan bayangan ganda atau peragaan jejak rangkap dua
dengan cara penyakelaran dua sinyal masukan terpisah secara elektronik
(electric switching). Diagram balok di
Sederhanakan pada gambar 9-48 menunjukkan bahwa CRO jejak rangkap dua
mempunyai dua rangkaian masukan vertikal yanng diberitanda : saluran A dan B dengan
pra penguat dan saluran tunda yang identik. Keluaran pra-penguat A dan B
diumpankan ke sebuah sakelar elektronik yang secara bergantian menghubungkan
masukan penguat vertikal utama kedua masukaan sinyal. Sakelar ellektronik juga
dapat berisi rangkaian untuk memilih variasi modus peragaan. Walaupun selektor
untuk modus peraga tidak ditunjukkan dalam diagram balok, mereka jelas
kelihatan pada gambar 7-49 sebagai alat kontrol di panel depan.
Bila sakelar modus peragaan berada pada posisi altermate (bergantian),
sakelar elektronik secara bergantian menghubungkan penguat vertikaal utama ke
saluran A dan saluran B. Penyakelaran ini terjadi pada permulaan tiap-tiap
penyapuan yang baru. Kecepatan pemindahan sakelar elektronik diselaraskan
dengan kecepatan penyapuan, sehingga bintik CRT mengikuti jejak sinyal saluran
A pada satu penyapuan dan sinyal saluran
B pada penyapuan berikutnya. Karena tiap penguat vertikal mempunyai
sebuah pelemah masukan yang telah terkalibrasi dan sebuah pengontrol posisi
vertikal, amplitudo sinyal masukan dapat diatur secara tersendiri sehingga
kedua bayangan ditempatkan secara terpisah pada layar. Modus oerandi ini
terutama sangat berguna pada laju penyapuan yang relatif cepat, bilakedua
bayangan kelihatan sebagai satu peragaan yang simultan dan stabil.
Perhatikan bahwa sinyal pemicu penyapuan tersedia dari
saluran A atau saluran B, dan bahwa dia terpicu sebelum penyakelaran elektronik.
Susunan ini mempertahankan hubungan fasa yang tepat antara sinyal A dan sinyal
B.
Dalam modus operandi tercincang (chopped), sakelar
elektronik bekerja penuh pada kecepatan 100 sampai 500 kHz, seluruhnya tidak
bergantung pada frekuensi generator penyapu. Dalam modus ini, penyakelaran
secara berturut-turut menghubungkan segmen-segmen kecil gelombang A dan B ke
penguat vertikal utama, pada laju pencincangan yang relatifcepat misalnya
500kHz.segmen 1 uS dari tiap-tiap bentuk gelombang diumpankan ke CRT untuk
peragaan. Jika laju pencingcangan jauh lebih cepat dari laju penyapuan
horizontal, segmen-segmen terpisah yang kecil yang di umpankan ke penguat
vertikal utama bersama-sama akan menyusun kembali bentuk gelombang Adan B yang
asli pada layar CRT, tanpa mengakibatkan gangguan yang nyata pada pada kedua
bayangan terpisah, dan kesinambungan peragaan bayangan hilang. Dalam hal ini,
akan lebih baik menggunakan modus operandi alternat.
Dalam modus operandi penjumlahan (added) sinyal A dan
sinyal B dijumlahkan secara aljabar dan hasil penjumlahannya di peragakan
sebagai satu bayangan tunggal sebagai fugsi dari waktu. Jika pada kedua saluran
digunakan sakelar-sakelar pengubah olaritas, adalah mungkin untuk memperagakan
A+B, A-B, B-A dan-A-B, dalam modus operandi X-Y, generator penyapu terputus dan
saluran B tersmbung ke penguat horizontal,karena kedua prapenguat adalah
identik dan mempunyai keterlambatan waktu yang sama, maka pengukuran X-Y yang
benar-benar teiti dapat lakukan.
Disamping modus peragaan-peragaan yangkhusus ini, CRO jejak
rangkap dua dapat gunakan sebagai instrumen yang lazim, yaitu memperagakan
saluran A atau saluran B sebagai fungsi waktu.
9-2 CRO berkas rangkap (dual beam CRO
CRO berkas rangkap menerima dua sinyal masukan vertikal dan
memperagakannya sebagai dua bayangan terpisah pada layar CRT. Sebagai pengganti
penyakelaran kedua sinyal ke sebuah penguat vertikal tunggal secara elektronik
seperti pada CRO jejak rangkaian pada ba 9-9-1, osiloskop berkas rangkap
menggunakan CRT khusus yang menghasilkan 2 berkas elektron yang betul-betul
terpisah yang secara bebas dapat disampulkan dalam arah vertikal, dalam
beberapa CRT berkas rapat keluaran senapan elektron tunggal dipisahkan secara
mekanis menjadi ddua berkas terpisah (yang disebut elektronik pemisahan
berkas), sedang CRT yang lain berisi dua senapan elektron terpisah,
masing-masing menghasilkan berkas sendiri. CRT berkas rangkap mempunyaidua
pasang pelat defleksi vertikal, satu pasang untuk tiap saluran, dan satu pasang
pelat defleksi horizonntal.
Diagram balok yang disederhanakan pada gambar 9.50
menunjukkan bahwa CRO berkas rangkap mempunyai dua saluran vertikal yang
identik yang ditandai dengan A dan B tiap saluran terdiri dari prapenguat dan
pelemah masukan, saluran tunda, penguat vertikal utama dan pelat-pelat vertikal
CRT. Generator basis waktu yang menggerakkan pasangan tunggal pelat-pelat horizontal
menyapu kedua berkas sepanjang layar pada laju kecepatan yang sama. Generator
penyapu dapat dipicu secara internnal dari salah satu saluran dari suatu sinyal
pemicu yang dihubungkan dari luar, atau dari tegangan jala-jala.
Karena CRO berkas rangkap tidak mempunyai jumlah modus peragaan yang sama seperti instrumen jejak
rangkap, dia mungkin kelihatan kurang terandalkan, tetapi secara ideal sesuai
untuk peragaan berbagai jenis sinyal masukan secara simultan. Potret pada
gambar 9-51 menunjukkan keandalan CRO berkas rangkap dalam memperlihatkan
peragaan fenomena yang saling berhubungan. Gambar 9-51(a) menunjukkan bentuk gelombang
masukan dan keluaran dari sebuah rangkaian pembentuk pulsa; gambar 9.51(b)
memperlihatkan sebuah contoh pola modulasi khas dalam sebuah rangkaian komunikasi.
9-9-3 CRO penyimpanan (storage CRO)
Dalam CRT yang biasa ketahanan fosfor berkisar dari
beberapa milisekon sampai beberapa sekon (lihat tabel 9-1), sehingga suatu
peristiwa yang hanya terjadi sekali saja akan lenyap dari layar setelah periode
waktu yang reletif sangat singkat. Sebuah CRT penyimpanan dapat menyimpan
peragaan jauh lebih lama, sampai beberapa jam setelah bayangan terbentuk pada
fosfor. Ciri ingatan atau penyimpanan
(retention) ini dapat juga bermanfaat sewaktu memperagakan bentuk gelombang
sinyal yang frekuensinya sangat rendah. Dalam CRO yang biasa (tidak menyimpan),
bagian awal dari peragaan sedemikian
akan menghilang sebelum bagian akhirnya terbentuk pada layar.
CRT penyimpanan dapat di golongkan sebagai tabung-tabung
dengan dua kondisi stabil (bistable) dan tabung-tabung setengah nada (half
tone). Tabunng dengan dua kondisi stabil
akan menyimpan satu peristiwa atau tidak, dan hanya menghasilkan satu level keterangan
(brightness) bayangan. Tabung setengah nada dapat menyimpan suatu bayangan
untuk perubahan lamanya waktu (ketahanan berubah) dan pada level keterangan bayangan yang berbeda. Tabung dengan dua kondisi stabil dan setengah nada keduanya
menggunakan fenomenan emisi elektron sekunder guna membentuk dan
menyimpan muatan elektrostatik pada permukaan suatu sasarna terisolasi. Pembahasan berikut
berlaku pada kedua jenis tabung
tersebut.
Bila sebuah sasaran di tembaki oleh suatu aliran elektron
primer, suatu pengalihan energi yang memisahakakn elektron lain dari permukaan
sasaran akan terjadi dalam suatu proses yang disebut emisi sekunder. Jumlah elektron sekunder yang dipanaskan dari permukaan
sasaran bergantung pada kecepatan eektron primer, intensitas berkas elektron,
suatu usunan kimia dari bahan sasaran, dan kondisi pemukaannya.
Karakteristik-karakteristik ini dinyatakan dalam yang disebut perbandingan emisi sekunder (secondery emision
ratio),yang didefenisikan sebagi perbandingan antara arus emisi sekunder
terhadap arus berkas primer, yaitu
/
(9-37)
Rangkaian percobaan sederhana pada gambar
(9-52) dapat digunakan untuk mendemonstrasikan bagaimana perbandingan emisi
sekunder berubah sebagai fungsi dari tegangan sasaran Vt. Senapan
elektron pada gambar 9-52 memancarkan seberkas elektron terpusat dengan
kecepatan tinggi dengan cara yang banyak serupadengan yang dilakukan oleh
senapan elektron dalam sebuah CRT yang biasa. Berkas elektron ini diarahkan
kepermukaan sasaran logam yang akan memancarkan elektron sekunder pada kondisi
yang menyenangkan. Pengumpul (collector) yang secara keseluruhan mengelilingi
sasaran elektron emisi sekunder. Ini merupakan arus sekunder Is.
Tegangan sasaran dapat diatur pada suatu rangkuman yang lebar (dari 0 sampai
+3000 V), sedang collector dipertahankan pada beberapa volt diatas tegangan
sasaran dengan sasaran oleh baterai Vc.
Energi penembak dari sebuah elektron
primer berhubungan secara langsung dengan beda potensial antara sumber elektron
(katoda) dan sasaran. Bila tegangan sasaran,
energi elektron penembak adalah nol dan tidak ada emisi sekunder. Jadi δ = 0. Bila tegangan sasaran diperbesar dari nol, energi penembak
bertambah dan menyebabkan emisi elektron sekunder. Jadi δ
bertambah dari nol, seperti ditunjukan pada kurva emisi sekunder pada gambar
9-53. Pada suatu tegangan sasaran yang positiv (+5V dalam gambar 9-53), jummlah
elektron emisi sekunder sama dengan jumlah elektron berkas primer, sehingga Is
=Ip dan δ = 1.titik pada kurva ini disebut titik potong pertama (first cross over
point). Bila tegangan sasaran diperbesar hingga melampaui titik potng ini,
perbandingan emisi sekunder mula mula bertambah ke suatu nilai maksimal (δ=2
dalam gambar 9-53), dan kemudian berkurang lagi sampai Is -Ip dan δ = 1.titik pada kurva ini adalah
titik potong
Gambar 9-54 (a) merupakan sebuah modifikasi dari rangkaian
yang sebelumnya dan menunjukan tegangan kolektor yang tetap pada +2000v.
Seperti sebelumnya, tegangan sasaran dapat diatur pada suatu rangkuman yang
lebar. Tegangan kolektor yang tetap secara drastis mengubah perbaningan emisi
sekunder seperti ditunukan pada gambar 9-54 (b). Bila tegangan sasaran lebih
besar dari tegangan kolektor, elektron sekunder yang dipancarkan dari sasaran
memasuki medan pemerlambat kolektor dan dipantulkan kembali ke sasaran. Jadi
sasaran mengumpulkan arus berkas primer total Ip dan arus kolektor Is
adalah nol. Dengan demikian, perbandingan emisi sekunder efektif, yang
didefinisikan oleh persamaan 9-37 bagai δ= Is /Ip
adalah nol, dan kurva dimodifikasi seperti pada gambar 9-54 (b).
Perubahan lainnya terjadi bila tegangan sasaran mendekati 0 Volt. Bila sasaran
sedikit negatif, elektron primer tidak dapat mencapai sasaran tetapi
disampingkan ke kolektor. Walaupun disana emisi sekunder bisa tidak ada, emisi
sekunder yang kelihatan atau efektif. Selagi tegangan sasaranditambah dari sisi
negatif dan mendekati nol, sasaran tidak lama menolak berkas primer sehingga
terjadi penembakan sasaran aktual dan hasil emisi sekunder yang nyata. Efek ini
ditunjukan pada kurva yang diperbaharui pada gambar 9-54 (b).
Modifikasi rankaian daar selanjutnya ditunjukan pada gambar
9-55 (a). Tegangan kolektor juga dibuat tetap pada +200 volt, tetapi hubungan
ke sasaran dapat diputuskn leh saklar s menjadi yang disebut sasaran pengambang (floating target). CRT
dengan sasaran pengambang ini mampu untuk efek efek penyimpanan yang sederhana.
Perhatikan bahwa kurva emisi sekunder untuk tabung ini ditunjukan pada gambar
9-55 (b) serupa dengan yang ditunjukan pada rangkaian sebelumnya.
Saklar S mula mula ditutup dan tegangan sasaran disetel
pada suatu nilai rendah, misalnya +20 Volt. Pada titik ini, perbandingan emisi
sekunder khasnya adalah dlam orde 0,5 sehingga arus di dalam rangkaian kolektor
adalah setengah arus berkas primer, atau Is = ½ Ip.
Setengah arus primer yang lainnya sama sekali dikumpulkan oleh sasaran dan
dikembalikan ke baterai sasaran. Jadi arus sasaran It = ½ Ip.
Bila sekarang saklar S dibuka,arus didalam sasaran kawat terganggu dan arus
berkas primer memuati sasaran dalam arah negatif. Dengan demikian tegangan
sasaran berkurang (menjadi kurang positif), dan perbandingan emisi sekunder
berubah, mengikuti kurva gambar 9-55(b). Laju pengisian muatan menurun sewaktu
tegangan sasaran mendekati titik A pada kurva. Pada titik ini, arus emisi
sekunder sama dengan arus berkas primer, dan laju pengisian netto adalah nol.
Pada titik A, tegangan sasaran sedikit negatif, perbandingan emisi sekunder
adalah 1 dan sasaran telah mencapai suatu kondisi stabil. Titik A disebut titik stabil rendah (lower stable point),
dan sasaran dianggap dalam kondisi
terhapus (erased condition).
Jika tegangan awal atau tegangan pemulaan sasaran adalah
disebelah kanan titik potong C, misalnya pada + 100 V pada gambar 9-55 (b),
perbandingan emisi sekunder lebih besar dari satu. Ini berarti bahwa Is lebih
besar dari Ip dan dengan demikian harus ada aliran aliran elektron
netto yang meninggalkan permukaan sasaran. Bila saklar S sekarang dibuka,
sasaran trus memancarkan elektron sekunder sehingga di mengosongkan muatan dan menjadi lebi positif. Jadi
perbandingan emisi sekunder bergerak naik sepanjang kurva ketitik B di mana
laju pengosongan muatan sekali lagi adalah nol dan sasaran menjadi suatu
kondisi stabil. Pada titik yang di sebut titik
stabil atas (upper stable point) ini perbandingan emisi sekunder adalah
satu, dan sasaran di anggap dalam kondisi menulis/
merekam (written).
Selama senapan primer dalam keadan bekerja dan elektron primer menembaki sasaran,
sasaran akan selalu pada suatu titik stabil, stabil atas atau bawah, bergantung
pada tegangan awal dari sasaran. Titik potong C pada kurva secara khusus adalah
tidak stabil dan pengertian bahwa tegangan sasaran akan selalu bergerak naik
ketitik B atau turun ke titik A, bergantung pada dengan cara bagaimana teganga
sasaran mula-mula di geser oleh derau (niose).
Pada gambar 9-55 alat penyimpan dengan dua kondisi stabil
yang elementer. Kondisinya dapat diperiksa dengan mengukur tegangan sasaran.
Jika tegangan sasaran adalah “tinggi” (high), sasaran ditulis (direkam), jika
tegangan sasarn adalah “rendah” (low), sasaran terhapus. Dengan demikian,
tabung mempunyai suatu penunjukkan elektris dan kondisi penyimpanan tidak dapat
dilihat.
Gambar 9-56 (a) menunjukkan prinip sebuah tabung penyimpan
dengan dua kondisi stabil yang mampu menuliskan, menyimpan, dan menghapus
sebuah bayangan. Tabung penyimpan tegangan ini berbeda dari yang disebutkan
pada gambar 9-55 (a)dalam 2 aspek: Dia memiliki permukaan sasaran
ganda(banyak), dan memiliki senapan elektron kedua. Senapan elektron kedua ini
disebut senapan banjir (flood gun); dia
memancarkan elektron primer kecepatan rendah yang membanjiri seluruh permukaan
sasaran. Ciri yang menonjol dari senapan banjir adalah bahwa dia membanjiri
sasaran sepanjang waktu dan tidak hanya sebentar-sebentar seperti halnya yang
dilakukan oleh senapan penulis. Katoda senapan banjir adalah pada potensial
tanah sehingga tegangan sasaran akan mengikuti kurva emisi sekunder yang
ditiunjukkan pada gambar 9-56(b). Titik stabil rendah adalah beberapa volt
negatif terhadap katoda senapan banjir, dan titik stabil atas adalah pada +200
V, yaitu tegangan kolektor. Akan tetapi, katoda senapan penulis adalah pada
-2000V, dan kurva emisi sekundernya ditindihkan diatas kurva senapan banjir diperoleh
bahwa gabungan efek senapan penulis dan senapan banjir hanyalah penjumlahan
efek masing-masing berkas elektron itu sendiri.
Senapan banjir bekerja sepanjang waktu. Misalkan sasaran
berada pada titik stabil rendahnya yaitu kondisi terhapus. Bila senapan penulis
dibuka, elektroon primernya mencapai sasaran pada potensial 2000V, yang
menyebabkan emisi sekunder sasaran yang tinggi. Dengan demikian, tegangan
sasaran meninggalkan titik stabil rendah dan mulai bertambah. Akan tetapi,
senapan elektron banjir berusaha memertahankan sasaran pada kondisi stabilnya
dan melawan pertambahan tegangan sasaran. Jika senapan penulis dialihkan ke posisi
bekerja cukup lama guna membawa sasaran melewati titik potong, elektron senapan
banjir akan membantu elektron senapan penulism dan membawa sasaran sepenuhnya
ke titik stabil atas, sehingga sasaran dituliskan. Meskipun jika hubungan ke
senapan penulis sekarang diputuskan, sasaran akan dipertahankan oleh elektron
senapan banjir dalam kondisi stabil atasnya, dengan demikian penyimpanan
informasi yang disampaikan oleh senapan penulis. Bila senapan penulis tidak
cukup lama dibuat bekerja guna membawa sasaran melewati titik potong, elektron
senapan banjir hanya akan memindahkan sasaran kembali ke kondisi stabil
bawahnya, dan penyimpanan tidak terjadi.
Menghapus sasaran berarti hanya menyimpan tegangan sasaran kembali
ke titik stabil rendah. Ini dapat dilakukan dengan mendenyutkan (pulsing)
kolektor ke negatif,sehingga dia secara seketika menolak elektron emisi
sekunder dan memantulkannya turun kembali ke sasaran. Ini memerkecil arus
kolektor Is dan perbandingan emisi sekunder turun dibawah satu.
Selanjutnya sasaran mengumpulkan elektron primer dari senapan banjir (ingat
bahwa senapan penulis tidak bekerja) dan bermuatan negatif. Tegangan sasaran
berkurang sampai dia mencapai titik stabil rendah dimana pengisian berhenti,
dan sasaran dalam kondisi terhapus. Setelah penghapusan, kolektor harus
dikembalikan ke tegangan positifnya semula (dalam hal ini +200 V), dan dengan
demikian pulsa penghapus harus dikembalikan ke nol. Seperti ditunjukkan pada
Gambar 9-56(a), ini harus terjadi secara perlahan-lahan, sehingga sasaran tidka
dikemudian secara tidak sengaja melalui titik potong dan kembali menjadi
tertulis (terekam).
Permukaan sasaran tabung penyimpanan (storage) pada gambar
9-56 (a) terdiri dari sejumlah sasaran logam terpisah yang secara elektris
terpisah satu sama lain dan diberi angka 1 sampai 5. Senapan banjir adalah dari
konstruksi yang sederhana tanpa pelat pelat defleksi, dan dia memancarkan
elektron berkecepatan rendah yang menutupi semua sasaran terpisah tersebut.
Bila senapan penulis ditembakkan, sebuah berkas elektron terpusat berkecepatan
tinggi diarahkan ke satu sasaran kecil (dalam hal ini nomor 3). Kemudian
sasaran yang satu ini bbermuatan posuitif dan dituliskan ke titik stabil atas.
Bila senapan penulis dimatikan lagi, elektron banjir mempertahankan sasaran
nomor 3 pada titik stabil atasnya (store). Semua sasaran lain dipertahankan
pada titi stabil bawahnya (erase).
Langkah terakhir dalam perkembangan tabung penyimpan kedua
kondisi stabil dengan pandangan tembus adalah penggantian masing-masing sasaran
logam dengan sebuah pelat dieletrik tunggal deperti dalam tabung khas pada
gambar 9.57. pelat penyimpanan dari bahan dieletrik ini terdiri dari lapsan
partikel-partikel fosfor terhambur yang mampu memeiliki setiap bagin dari
setiap luasan permukaanya yang ditulis atau yang dipegan positif, atau dihapus
dan dipegang negatif tanpa mempengaruhi luasan-luasan disebelahnya pada
permukaan pelat. Pelat dielektrik ini diendapkan pada sebuah permukaan pelat
gelas yang dilapisi bahan konduktif. Lapisan konduktif disebut punggung pelat sasaran penyimpan (storae
target back plate), dan dia adalah pengumpiul elektron emisi sekunder. Di
samping senapan penulis dan perlengkapan pelat defleksi, CRT penyimpan ini
mempunyai 2 senapan banjir dan sejumlah elektroda pengumpul yang membentuk
sebuah lensa elektron guna membagikan elektron banjir secara merata melalui
seluruh luasan permukaan sasaran penyimpan.
Setelah senapan penulis menuliskan sebuah bayangan
bermuatan pada sasaran penyimpan, senapann banjir akan menyimpan bayangan.
Bagian sasaran yang di tuliskan telah di tembaki oleh elektron banjir yang
mengalihkan energi kelapisan fosfor dalam bentuk cahaya yang dapat di lihat.
Pola cahaya ini dapst di lihat melalui permukaan pelat gelas. Karena sasaran
permukaan penyimpan adalah positif ataupun negatif, terangnya keluaran cahaya
yang di hasilkan oleh elektron banjir adalah penuh ataupun minimal. Tidak ada
skala yang kabur di antara keduanya.
9-9-4 CRO cuplik (samplling CRO)
Bila frekuensi sinyal defleksi vertikal diperbesar,
kecepatan penulisan berkas elektron bertamabah. Hasil lanjutan dari kecepatan
penulisan yang lebih tinggi adalah penurunan intensitas bayangan pada layar
CRT. Guna mendapatkan kecemerlangan bayangan yang cukup, berkas elektron harus
di percepat ke kecepatan yang lebih tinggi sehingga energi kinetik yang lebih
besar guna pengalihan ke layar dan cahaya terangnya normal dapat dipertahankan.
Suatu pertambahan dalam kecepatan berkas elektron mudah di capai dengan
menaikkan tegangan pada anoda-anoda pemercepat. Sebuah berkas denga kecepatan
yang lebih besar juga membutuhkan potensial defleksi yang lebiih besar guna
mempertahankan sensifitas defleksi. Dengan serta merta, ini memerlukan tuntutan
yang lebih tinggi terhadap penguat vertikal.
Suatu cara untuk memperbaiki sistem defleksi pada frekuensi
yang lebih tinggi telah dikembangkan dengan berhasil oleh pabrik-pabrik CRO dan
terdiri dari CRT tipe gelombang merambat
(treveling wave CRT). Gambar 9-58 menunjukkan CRT sedemikian, dalam mana sederetan pelat-pelat defleksi yang di
pasang di bagian dalam tabung di bentuk dan ditempatkan pada jarak sedemikian
sehingga sebuah elektron yang bergerak di antara mereka akan menerima suatu
gaya defleksi tambahan dari masing-masing pelat dalam urutan waktu yang tepat.
Sinyal defleksi vertikal dimasukkan ke masing-masing pelat melalui sebuah
saluran tunda yang di rancang sedemikian sehingga keterlambatan waktu
berhubungan dengan tepat ke waktu pengalihan elektron yang bergerak ke CRT menuju layar. kecepatan elektron harus di
kontrol dengan sangat cermat guna mencegah distorsi pada jejak.
Disamping CRT khusus
berfrekuensi tinggi ini , bahan fluoresen yang baru telah di kembangkan guna
menambah terangnya bayangan pada frekuensi yang lebih tinggi. Perbaikan
selanjutnya dalam sistem defleksi vertikal harus ditemukan dalam
penguat-penguat vertikal itu sendiri.
CRO cuplik menggunakan
pendekatan yang berbeda guna memperbaiki prestasi frekunsi tinggi. Dalam CRO
cuplik bentuk gelombang masukan dibangun kembali dari banyak sampel yang di
ambil selama siklus-siklus gelombang masukan yang berulang dan dengan demikian
menghindari perbatasan-perbatasan lebar bidang CRT dan penguat konvensional.
Teknik ini di lakukan oleh bentuk-bentuk gelombang yang ditunjukkan pada gambar
9-59.
Dalam membangun bentuk gelombang
kembali, pulsa pencuplik menghidupkan rangkaian pencuplik pada selang waktu
yang sangat singkat. Pada saat itu tegangan bentuk gelombang di ukur. Kemudian
bintik CRT ditempatkan secara vertikal terhadap masukan tegangan yangsa
sesuai. Sampel berikutnya di ambil
selama siklus gelombang masukan berikutnya pada suatu posisi yang sedikit
terbelakang. Bintik CRT digerakkan
secara horisontal melalui suatu jarak yang sangat pendek dan di tempatkan
kembali kenilai baru tegangan masukan secara vertikal. Dalam cara ini CRO
menggambarakan bentuk gelombang dari titik ke titik dengan menggunakan sebanyak
1000 sampel untuk menggambarkan kembali gelombang asli. Frekuensi sampel bisa
serendah seperseratus dari frekuensi sinyal
masukan. Jika sinyal masukan mempunyai frekuensi 1000 MHz, lebar bidang
yang diperlukan hanya 10 MHz, merupakan bentuk yang sangat wajar.
Diagram rangkaian
pencuplik yang dosederhanakan diberikan pada gambar 9-60. Bentuk gelombang yang
pasti berulang, dimasukan ke gerbang penyampling. Pulsa pulsa penyampling
secara seketika mencatu dioda dioda gerbang penyampling yang setimbang dalam
arah maju,dengan demikian jelas menghubungkan kapasitansi masukan gerbang ke
titik uji.
Kapaitansi ini
dimuat secara ringan menuju level tegangan rangkaian masukan. Tegangan
kapasitor diperkuat oleh penguat vertikal dan dimasukan kepelat pelat defleksi
vertikal. Karena pencuplikan harus diselaraskan terhadap frekuensi sinyal
masukan, sinyal diperlambat didalam penguat vertikal, memungkinkan sinyal
masukan untuk melakukan pemicuan penyapuan bila sebuah pulsa pemicu diterima,
osilator pemblokir tipe “avalanche” (avalanche blocking oscillator, disebut
demikian karena dia menggunakan transistor “avalanche”) mengawali sebuah
tegangan tanjak yang betul betul linear, yang dimasukan ke sebuah pembanding
tegangan. Pembandingan tegangan membandingkan tegangan tanjak terhadap tegangan
keluaran dari sebuah generator anak tangga (staircase generator). Bila
amplitudo kedua tegangan adalah sama, generatoos anak tangga diperbolehkan maju
satu langkah dan secara simultan sebuah pulsa pencuplik dimasukan ke gerbang
pencuplik. Pada saat ini, sebuah sampel tegangan masukan diambil, diperkuat,
dan dihubungkan ke pelat pelat defleksi vertikal.
Penyapuan horisontal dalam waktu yang nyata ditunjukan oleh gambar
9-59, menunjukan laju deflleksi horisontal dari berkas. Perhatikan bahwa
lintasan horisontal dari berkas disinkronkan terhadap pulsa pulsa pemicu yang
juga menentukan saat pencuplikan. Resolusi bayangan akhir pada layar CRT
ditentukan oleh ukuran tangga tangga generator anak tangga. Tangga yang lebih
tinggi menghasilkan jarak horisontal yang lebih besar antara bintik bintik CRT
yang menyusun jejak kembali.
9-9-5 CRO Penunjuk
Angka (digital read out CRO)
CRO penunjuk angka mengemukakan konsep penyediaan pembacaan informasi
sinyal secara digital seperti halnya tegangan atau waktu disamping peragaan CRT
yang bisa. Pada dasarnya CRO penunjuk angka terdiri dari sebuah CRO
laboratorium convensional berkecepatan tinggi ditambah dengan sebuah pencacah
elektronik (electonic counter), yang keduanya berada didalam satu kotak.
Rangkaian kedua unit ini dihubungkan dengan memakai sebuah pengontrol peragaan
secara logika, yang memungkinkan pengukuran pada kecepatan dan ketelitian yang
tinggi. CRO penujuk angka menunjukan pembacaan kenaikan waktu (rise time),
amplitudo dan beda waktu bergantung pada posisi berbagai alat kontrol seperti
TIME/DIV, AMPLITUDE/DIV, dan PROGRAM. Gelombang masiukan dipotong potong
(sampled) dengan memakai sebuah unit penyampling. Bersama masing masing
pengulangan sinyal masukan, unti penyampling mempercepat waktu penyamplingan
satu titik pada satu saat, sedikit lebih lambat dari samle sebelumnya (proses
mempercepat waktu penyamplingan pada pertambahan yang tetap disebut strobing) :
sebuah tiruan yang dibangun kembali jauh lebih lambat dari bentuk gelombang
masukan yang asli, dihasilkan pada CRT sebagai gambar amplitudo terhadap waktu
dari titik ke titik. Waktu ekivalen antara masing masing sampel bergantung pada
jumlah sampel yang diambil persentimeter gelombang yang diperagakan, dan pada
waktu penyapuan setiap sentimeter. Sebagai contoh laju penyapuan sebesar 1
ns/cm dan laju penyamplingan sebesar 100 sampel/cm memberikan waktu sebesar 10
ps setiap sampel. Dengan menghitung jumlah sampel yang diambil antara dua titik
yang dipilih pada gelombang, waktu antara titik titik ini dapat ditentukan.
Rangkaian pencacah, tabung nixie penggerak, memperagakan selang waktu yang
diukur.
Gambar 9-61, menunjukan diagram blok dari bekerjanya osiloskop penunjuk
digital untuk pengukuran waktu. Bentuk gelombang masukan, yang waktu penyamplingannya dipercepat oleh unit
penyampling, dimasukan ke CRT dan diperagakan dari titik ke titik. Dua bagian
jejak CRT yang ditingkatkan mengenali daerh nol persen dan daerah 10 persen.
Masing masing daerah dapat ditempatkan agar menutupi setiap bagian peragaan
CRT. Amplitudo gelombang masukan, sesuai dengan daerah daerah peragaan yang
ditingkatkan disimpan didalam rangkaian ingatan tegangan. Pencabangan pembagi
tegangan antara nol persen dan seratus persen tegangan ingatan disetel untuk
pengaturan waktu memulai dan berhenti pada titik titik persentase yang dipilih
pada gelombang yang akan diukur.pertemuan amplitudo gelombang masukan dengan
amplitudom referensi yang dipilih (persentase yang dipilih) diindera oleh pembanding
tegangan yang membuka dan menutup gerbang lonceng (clock gate) ke pencacah
digital. Jumlah pulsa lonceng dibaca secara digital dalam nanosekon,
mikrosekon, milisekon , atau sekon pada tabung-tabung peraga nixie. Dalam
pemakaian untuk pengukuran waktu, pulsa-pulsa lonceng terdiri dari sampel
aktual yang diambil.
Gambar 9-62 menuinjukkan bekerjanya CRO penunjuk angka dalam bentuk
diagram balok untuk pengukuran tegangan. Gelombang masukan juga dipercepat
waktunya oleh unit pencuplik yang diperagakan pada CRT. Rangkaian-rangkaian
ingatan tegangan menyediakan bagian-bagian yang ditingkatkan pada peragaan CRT
dan mengenali tegangan-tegangan referensi 0 persen dan 100 persen. Tegangan
referensi 0 persen digunakan untuk memulai pembanding dan tegangan referensi
100 persen untuk menghentikan pembanding. Sebuah generator tanjak linear berada
diantara 0 persen dan 100 persen
amplitudo seperti telah disetel oleh rangkaian ingatan tegangan, pulsa lonceng
sebesar 1 MHz dimasukkan ke rangkaian pencacah digital. Jumlah pulsa lonceng
berbanding langsung dengan tegangan antara titik-titik ukur yang dipilih dan
terbaca pada peraga tabung nixie dalam milivolt atau volt.
SOAL-SOAL
1.
Defenisikan pengertian berikuat :
fluoresensi, posforisensi, ketahanan (persisitence), luminisensi.
2.
Sebuah CRO tipe labortorium
umumnya menggunakan sebuah chatode follower untuk menjalankan berkas CRT
(“unblanking chatode follower”) didalam rangkaian CRTnya. Terangkan fungsinya
dan jelaskan operasinya.
3.
Bahas hubungan antara prestasi
bidang frekuensi yang lebar (wideband performanca) dan sensitifitas yang tinggi
pada sebuah CRO untuk pemakaian umum. Berikan saran mengenai langkah-langkah
yang akan diambil guna memperbaiki prestasi antara penguatan terhadap lebar
bidang frekuensi sebuah CRO.
4.
Sebuah generator basis waktu RC
sederahana umumnya memberikan suatu tegangan tanjak yang tidak linear yang bisa
tidak sesuai bagi basisi waktu sebuah CRO tipe laboratorium. Berikan beberapa
saran megena metoda yang dapa tdigunakan untuk memperbaiki linearitas basis
waktu, dan jelaskan prinsip-prinsip yang terkandung didalam metoda linearitasi
ini.
5.
Berikan alasan pemakaian sebuah
saluran tunda (delay time) dalam sistem defleksi pertikal sebuah CRO type
laboratorium.
6.
Pelemah masukan didalam penguat
fertical sebuah CRO untuk pemakaian umum umumnya diikuti oleh sebuah rangkain
“emmiter follower”. Sarankan tiga alasan yang mungkin dengan mnggunakan
rangkain ini.
7.
Gambarkan diagram blok sebuah CRO
untuk pemakaian umum. Beri nama untuk sebuah blok dan tunjukan bentuk-bentuk
gelombang yang masuk dan keluar dari masing-masing blok (bila dapat digunakan)
dengan menganggap behwa tegangan yang dimasukkan kemasukan penguat vertical
adalah tegangan sinus.
8.
Penguatan, respons frekuensi, da
pergeseran fasa sebuah penguat audio 10W ( rangkuman frekuensi 20 Hz-20 kHz)
akan diukur dangan menggunakan sebuah CRO sebagai lat ukur dasar. Sebuah osilator audio
dan beberapa jenis alat-alat ukur tegangan dan arus disediakan. Sarankan sutu
teknik pengukuran yang menunjukan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan
tiap pengukuaran. Hasil masing-masing pengukkuran akan disajikan dalam bantuk
graik. Sarankan suatu cara yang sesuai guna menyajikan hasil-hasil pengukuran,
dan secara kira-kira buat sketsa bentuk tiap grafik yang diharapkan.
9.
Pelamah masukkan pada gambar 9-18
digunakan dlam sebuah CRO yang memerluakan konstanta waktu sebesar T= 4 µs. Tentukan nilai C0,C1,R0, dan R1
jika jumlah ,R0 dan ,R1 adalah
2 MΩ.
10.
Basis waktu yang terkalibrasi dari
sebuah CRO type laboratorium disetel pada 0,2 Mv / cm. Saklar peragaan
horisontal berada pada posisi penguatan 5 kali (“5 x magnified” position).
Sebuah gelombang sinus yang frekuensinya tidak diketahui dimasukkan keterminal-
terminal masukkan penguat vertical dan menghasilkan 3
geataran melalui suatu lebar penyapuan sebesar 10 cm. Tentuksn frekuensi
tegangan masukkan.
11.
Sebuah gambar lissajous tertentu
dihasilkan dengan memasukkan tegangan sinus keterminal-terminal masukan
vertikal dan horisontal sebuah CRO.
Gambar ini membentuk 5 garis singgung terhadap vertikal 3 dan terhadapa
horisontal. Tentukan frekuensi sinyal yang di hubungkan ke penguat vertikal
jika frekuensi tegangan-tegangan masukan adalah 3 KHz.
12.
Tegangan V1 dimasukkan
kemasukan vertikal dan V2 kemasukan vertikal sebuah CRO. Gambar lissajous adalah simetri terhadap sumbu
vertikal dan sumbu horisontal, dengan V1 dan V2 mempunyai frekuensi yang
sama. Kemiringan sumbu panjang adalah positif dengan nilai vertikal maksimal
sebesar 2,5 bagian skala (difisi). Titik dimana gambar memotong sumbu vertikal
adalah pada ketinggian 1,2 difisi. Tentukan sudut-sudut fasa V2 yang
mungkin berkenan dengan V1.
13.
Waktu untuk mengalihkan sebuah
elektron melalui pelat-pelat defleksi adalah salah satu faktor yang menentukan
batas-batas frekuensi sebuah CRO. Dengan menganggap bahwa waktun perpindahan
ini akan dipertahankan di bawah 0,1 getaran, tentukan batas frekuensi atas dari
sistem defleksi elektrostatik yang panjang pelatnya adalah 1 cm jika
elektron-elektron masuk pada kecepatan
yang sesuai dengan energi kinetik sebesar 1000 cV.
14.
Tentukan sensivitas defleksi S
untuk CRO pada soal 13 jika L dalam gambar 9-13 adalah 20 cm dan jarak d antara pelat-pelat adalah 5 mm.
15.
Faktor mana yang dapat di ubah
jika batas frekuensi atas dari CRO pada soal 13 akan di dua kalikan tanpa
mempengaruhi sensitifitas defleksi yang di tentukan dalam soal 14.
16.
Tegangan pemercepat sebuah CRT
adalah 1000 v. Sebuah tegangan sinus dimasukkan kesepasang pelat deleksi yang
panjang aksialnya adalah 1 cm. Tentukan (a) frekuensi maksimal tegangan sinus
jika elektron-elektron tidak tetap tinggal di antara pelat-pelat lebih dari
setengah getaran; (b) waktu dalam µS, agar elektron
tetap tinggal di dalam daerah pelat- pelat defleksi jika frekuensi tegangan
yang di masukkan adalah 60 Hz.
17.
Basis waktu yang terkalibrasi dari
sebuah CRO tipe laboratorium disetel pada 0,1 ms/cm. Lebar penyapuan adalah 10
cm. Dengann menganggap bahwa tegangan penyapuan adlah tegangan tanjak yang
sempurna dengan waktu penjejakan kembali adalah 0, buat sketsa gambar gelombang
yang dihasilkan dari pemasukan sinyal-sinyal berikut keterminal-terminal
masukan penguat vertikal;
(a)
Gelombang sinus dengan frekuensi 5
kHz
(b)
Gelombang sinus dengan perioda 0,5
ms
(c)
Gelombang kosinus dengan perioda 2
ms
(d)
Gelombang persegi dengan frekuensi
10 KHz
(e)
Pulsa dengan laju pengubahan
sebesar 2000 getaran persekon dan lamanya pembebanan (duty cycle) adalah 25
persen
18.
Terangkan fungsi masing-massing
alat kontrol CRO berikut dan tunjukan dalam rangkaian-rangkaian CRO yang mana
alat-alat kontrol tersebut ditemukan:
(a)
Fokus (focus)
(b)
Posisi horisontal (horizontal
position)
(c)
Nonius penyapuan (sweep vernier)
(d)
Masukan horisontal dari luar
(external horizontal input)
(e)
Modulasi sumbu Z (Z axis
modulation).
19.
Bagian penguat horisontal dari
sebuah CRO biasanya menyediakan beberapa sambungan untuk memicu basis waktu.
Berikan 1 contoh pemakaian pada masing-masing kedudukan masukan pemicu berikut:
(a)
Internal; (b) line; (c) external.
20.
Gunakan sketsa-sketsa bentuk
gelombang yang sederhana untuk menjelaskan efek amplitudo penyelarasan yang
berlebihan terhadap gambar bentuk gelombang yang di peragakan.
Tugas!
Jawab soal yang warna hijau
No comments:
Post a Comment